Entah karena fanatik terhadap Butet atau karena saking menikmati, saya melahap Presiden Guyonan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Sepanjang terbang Jakarta - Batam, di atas Ferry ke Singapura dan habis G4 Station Mackenzie Rd, tempatku menginap.
Buku ini adalah kumpulan essai Butet pada Kolom Celathu di harian Suara Merdeka, korane wong Jawa Tengah. Ia dengan jenaka menangkap realitas yang sedang terjadi dan menyuguhkan kepada pembaca sebagai pendapat Mas Celathu, yang tidak lain adalah dirinya. Banyak pesan yang tertangkap dalam buku ini. Tetapi yang paling mengesankan adalah perhatian Butet terhadap keluarga. Diam-diam 'Presiden SBY' ini seorang figur yang mengasihi keluarganya, tentu dengan caranya sendiri.
Baginya, keluarga adalah tempat belajar banyak hal. Tempat menyemai ide-ide kreatif yang kelak menjadi modalnya sebagai pengecer cangkem. Tempat bersosialisasi dengan istri dan anak-anak yang memungkinkan sikap tenggang rasa terbangun setiap hari. Butet ternyata menikmati dunia fathering dan parenting juga. Perhatianya kepada keluarga itu muncul dalam berbagai bentuk di sebagian besar essainya.
Selebihnya Butet banyak 'berkicau' tentang dunia sosial politik, dunia yang juga tak kalah diminatinya. Saya sudah merekomendasikan buku ini ke beberapa teman. Syukur-syukur mereka mau beli. Syukur-syukur lagi kalau Butet membaca tulisan ini dan menyisihkan sedikit royaltinya buat saya. Halah....
No comments:
Post a Comment