Wednesday, December 15, 2010

MAXIMUM IMPACT

Influenza tercatat sebagai salah satu penyakit pandemik tertua di dunia ini. Bukan hanya tertua, tetapi wilayah cakupannya juga sangat luas meliputi seluruh dunia. Keberadaan penyakit inipun telah dideteksi oleh Hippocrates, salah seorang peletak dasar ilmu kedokteran dunia, lebih dari 2000 tahun yang lalu. Banyak obat telah dihasilkan kemudian, dari generasi ke generasi, untuk menangkal virus influenza. Bukannya berhenti, jenis penyakit ini malah ‘melahirkan’ penyakit turunannya semacam flu babi, flu burung, flu tulang, flu Hongkong, dll.

Kata ‘influenza’ sendiri berasal dari istilah Latin yang berarti ‘pengaruh’. Dari kata inilah istilah influence dalam Bahasa Inggris muncul. Zaman dahulu kala, orang yang terjangkiti influenza dipercaya terpengaruh oleh nasib buruk berdasarkan ramalan perbintangan (astrologi). Di kemudian hari, diyakini juga bahwa pengaruh cuaca yang dingin dapat mengakibatkan influenza. Setiap orang yang menderita influenza, dengan demikian, sedang terkena pengaruh.

Dalam kasus yang hampir sama, meski berbeda hal, Coca-Cola juga menorehkan pengaruh yang luar biasa terhadap dunia. Pada 8 Mei 1886, John Styth Pemberton, seorang ahli frmasi dari Atlanta, Georgia, USA memperkenalkan campuran sirup karamel yang kemudian tenar dengan istilah Coca-Cola. Dari sebuah industri kecil, minuman ringan ini kemudian merambah wilayah yang lebih luas, berkelana ke seantero dunia. Hari ini, setidaknya 1 milyar botol diminum orang setiap harinya di seluruh dunia. Rasanya setiap kepala di dunia ini pernah merekam Coca-Cola di dalam otaknya, meskipun belum pernah meminumnya.

Yesus Kristus mengajarkan bahwa kehidupan Kristen adalah kehidupan yang menularkan pengaruh. Banyak perumpamaan disampaikanNya untuk menjelaskan prinsip pengaruh ini. Yesus berbicara tegas tentang garam dan terang. Ia juga menyatakan bahwa tak mungkin menyembunyikan pelita di bawah gantang. Dalam perkembangan lain, Ia mengumpamakan pengaruh Kerajaan Allah di muka bumi ini seperti ragi yang sedikit tetapi mempengaruhi adonan secara merata. Di bagian lain, Alkitab pun mencatat bahwa kita adalah surat Kristus yang terbuka. Kita juga dipanggil untuk memancarkan bau harum Kristus. Inilah panggilan setiap orang percaya: menjadi pengaruh! Ya, dengan pengaruh yang maksimal, maximum impact.

Cobalah tengok, Yesus tak pernah menginginkan pengaruh kita dibatasi oleh ranah yang sempit. Sebaliknya, Ia mau pengaruh kita tertular kepada dunia. Kala memberi Amanat Agung, Ia menandaskan tentang “semua bangsa” – “segala makhluk”. Memang semuanya diawali oleh sebuah wilayah yang kecil dan sempit. Hal ini terlihat dalam Kisah 1:8 yang memulai memancarkan pengaruh Injil dari Kota Yerusalem, seluruh Yudea, berlanjut ke Samaria dan akhirnya ujung bumi.

Rahasia panggilan ini besar! Ini anugrah yang sangat luar biasa karena kita yang berdosa, ditebus, diselamatkan dan kemudian diutusnya. Di sisi lain, anugrah itu juga meletakkan tanggung jawab di pundak kita. Perlu sebuah kesiapan matang untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab ini. Tidak banyak waktu lagi untuk mengesampingkan amanat ini. Sudah waktunya untuk membekali diri dengan seluruh perlengkapan rohani kita sebagai orang-orang yang berpengaruh. Milikilah integritas tinggi, kinerja terbaik, pelayanan total. Semuanya demi maximum impact!***

Tuesday, December 07, 2010

BAYAR HARGA UNTUK RAJA

“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3:20)

Festival Keraton Internasional yang sedianya dihelat 26 September lalu di Solo, urung digelar. Menurut Disbudpar Kota Solo, acara ini ditunda pelaksanaannya hingga waktu yang belum bisa ditentukan karena terkendala biaya yang belum cair sebesar 2 miliar rupiah. Pemkot Solo mengharapkan agar 20% dana itu dicairkan dari APBD dan 80% sisanya bisa didapat dari pihak sponsor. Tetapi hingga batas waktu yang ditentukan, belum ada pihak sponsor yang bersedia membantu. Dana itu dicadangkan untuk menjamu dan menyiapkan akomodasi 20 Raja dari negara lain dan 50 raja dari Indonesia.

Menyambut tamu, apalagi jika mengetahui bahwa tamu yang bakal datang adalah seorang raja, memerlukan persiapan yang matang. Sebagai tuan rumah, perlu memikirkan kebersihan tempat penyambutan. Persiapan jamuan terbaik pun mendesak untuk dilakukan. Semuanya harus tampil prima untuk menghormati dan menghargai sang tamu.

Tahukah Anda Sahabat, bahwa Natal yang setiap tahun kita peringati ini adalah sebuah penyambutan juga untuk Raja Kemuliaan yang datang? Sama seperti persiapan terbaik kita lakukan untuk tamu kehormatan khusus, tentu hal ini juga kita lakukan untuk Sang Kristus. Bedanya, Ia tidak menuntut akomodasi dan makanan enak untuk dihidangkan. Satu-satunya ‘akomodasi’ yang dibutuhkannya adalah hati kita. Lebih dari itu, bukan kita yang menghidangkan makanan bagi-Nya, justru Dialah yang mengajak kita makan sehidangan dengan-Nya.

Tunggu apa lagi? Buka hati Anda lebar-lebar bagi Raja Kemuliaan yang datang itu. Selamat Natal! [JP]

NATAL ADALAH PESTA PENYAMBUTAN BAGI SANG RAJA
GENG CENGENG

“Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.” (2 Korintus 5:10)

Belasan anggota geng motor baru saja beraksi dengan mengobrak-abrik dan menjarah sebuah mini market. Aksi mereka diketahui aparat kepolisian dan akhirnya beberapa diantara mereka tertangkap tangan. Tak segagah dan seganas ketika beraksi di jalanan, ternyata anggota geng yang kerap meresahkan itu mewek, menangis tersedu kala diinterogasi. Mereka dimintai pertanggung- jawaban atas perbuatan melawan hukum yang telah mereka lakukan.

Banyak orang yang berani berbuat tetapi tidak berani bertanggung jawab. Tanpa berpikir panjang melakukan apa saja sekehendak hati, tetapi ketika dimintai keterangan, responsibilitasnya lenyap.

Ngomong-ngomong tentang pertanggung-jawaban, salah satu agenda utama dari kedatangan Kristus kedua kali bagi umat-Nya adalah untuk “menghakimi” mereka yang percaya kepadaNya. Dihakimi bukan untuk divonis hukuman, tetapi untuk mendapatkan upah sesuai dengan apa yang sudah dikerjakan selama hidup di dunia.

Dia telah datang di First Noel, lebih dari 2000 tahun yang lalu, sebagai Juru Selamat dan Tuhan atas umat manusia. Selanjutnya Ia yang telah naik ke Sorga itu akan datang kembali sebagai Hakim yang adil. Adakah apa yang kita lakukan kini sebagai orang-orang ketebusan telah benar-benar mempersembahkan perbuatan yang siap dipertanggung-jawabkan di hadapan takhta pengadilan-Nya? Jauh lebih baik kita ‘menangis’ kini ketika menyangkal diri dan memikul salib, daripada kita ‘menangis’ kelak di hadapan Tuhan karena tak satupun mahkota kita dapat. Bukankah begitu? [JP]

SEMUA TINDAKAN KITA AKAN DIPERTANGGUNGJAWABKAN DI DEPAN PENGHAKIMAN-NYA
LEBIH BERHARGA DARI SANDAL

“Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:45)

Ada sebuah SMS tentang anak hilang: Dicari, anak hilang dengan ciri-ciri rambut hitam agak ikal, kulit hitam, usia 7 tahun, ketika pergi menggunakan kaos merah, bercelana pendek kotak-kotak dan bersendal crocs kebesaran. Anda yang menemukan anak tersebut mohon segera memberi kabar karena sandalnya mau dipakai. Terima kasih...

Ah, saya sudah serius menyimak berita itu dari awal, ternyata hanya jokes belaka. Masakan sepasang sandal jauh lebih diperhatikan daripada anak hilang? Tetapi jika mau jujur diperhatikan, faktanya memang demikian. Benda atau binatang kadang jauh lebih dihargai daripada manusia sebagai ciptaan yang paling luhur. Orang bisa stress jika kehilangan barang kesayangannya, tetapi datar-datar saja jika melihat anak jalanan kelaparan. Ada juga yang begitu bersedih hati berlebihan ketika binatang kesayangannya mati karena kecelakaan, tetapi bersikap biasa saja ketika melihat pengemis tewas kecelakaan di jalan.

Sahabat, kita perlu mengingat bahwa manusialah yang menjadi pusat rencana-Nya. Manusia jugalah yang menjadi obyek kasih-Nya jauh melebihi kasih-Nya terhadap ciptaan yang lain. Ia merelakan Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, untuk mati bagi manusia, bukan untuk menebus yang lain.

Karena itu, ubahlah fokus belas kasihan kita yang mungkin keliru sementara ini dengan lebih menghargai benda/binatang melebihi jiwa yang terhilang. Dan untuk itu kita tidak butuh terlalu banyak teori. Doakan mereka yang terhilang dan selanjutnya mewujudnyatakan kasih Allah bagi mereka. [JP]

SEBURUK APAPUN PENAMPILAN MANUSIA, IA TETAPLAH CIPTAAN ALLAH TERMULIA

Thursday, November 04, 2010

POLISI MISTERIUS ITU…

Rajapolah, menjelang Lebaran tahun 2000.

Kala itu baru beberapa bulan aku menjalani hari-hari baru karena bekerja di Tasikmalaya. Selesai mengurus beberapa hal di Jogja dalam dua hari, aku harus bersegera pulang ke Tasik. Dan seperti biasanya, bus Suka menjadi pilihan moda transportasi. Disamping terjangkau, Suka adalah satu-satunya bus dengan trayek Jogja-Tasik.

Cilakanya, hari dimana aku merencanakan perjalanan, bus tanpa AC itu tak beroperasi. Agen penjualan karcis di terminal kemudian menyarankan beberapa alternatif. Pertama, naik bus jurusan Purwokerto dan menyambung ke Tasik dari Kota Mendoan itu. Kedua, naik bus Kramat Djati jurusan Bandung, turun di Cikoneng - Ciamis, nanti tinggal cari ojek menuju Tasik yang tinggal lebih-kurang lima kilometer lagi. Aku pilih alternatif kedua.

Tiket dipesan dan jadilah saya menumpang Kramat Djati hari itu. Bus malam itu lebih nyaman karena ber-AC dan lebih lega jarak antarbangkunya. Seperti biasa, setelah mampir makan malam, bus kembali meluncur melanjutkan perjalanan dan tertidurlah aku. Singkat cerita, aku terbangun di Banjar, kota paling timur di jalur selatan Jawa Barat. Tetapi dasar si 'pelor' (begitu nempel langsung molor…), aku kembali tertidur. Ketika bus melintas di Cikoneng, tempat dimana seharusnya aku turun, aku masih terlelap. Kebablasan...

Aku baru sadar menjelang bus masuk Rajapolah, kota kecamatan yang terletak belasan kilometer di arah Bandung dari Tasikmalaya. Kondektur menyarakan agar aku turun di kecamatan yang terkenal dengan kerajinan tangannya itu. Memang tidak ada pilihan lain, jadilah aku turun di sana. Waktu itu jam 02.00 dinihari. Subuh yang dingin dan lengang. "Naik apa saya ke Tasik?" saya bergumam dalam hati. Angkutan umum belum ada, ojek menawarkan jasa dengan ongkos yangterlalu mahal, jalan kaki jelas tak mungkin. Saya berdoa lirih dalam hati di trotoar seberang masjid, "Tuhan, tolong saya dalam masalah ini. Berikanku jalan keluar…"

Tak berapa lama sebuah mobil Ferosa melintas dengan kecepatan sedang dari arah Bandung. Lampu sign sebelah kirinya menyala, memberi tanda hendak menepi. Dan benar, mobil berhenti tepat di depan aku berdiri. Kaca mobil perlahan bergerak turun.

"Maaf Mas, saya mau ke Ciamis lewat Tasik. Apakah ini arah yang benar?" tanya pengemudi mobil.

"Benar Pak, lurus aja terus ikuti jalan ini," jawabku kepada pria berkumis dan berjaket kulit hitam itu.

"Lho, Mas lagi nungguin siapa? Mau kemana?"

"Dari Jogja mau ke Tasik Pak. Tadi ketiduran di bus dan kebabalasan sampai ke sini..."

"Jadi mau ke Tasik juga? Ya udah, naik aja ikut saya. Sekalian bisa nunjukin jalan kan? Ayo..." pintanya sambil membuka pintu.

Akhirnya aku menumpang mobil itu. Pria baik hati pemberi tumpangan itu ternyata seorang polisi. Ia berkisah akan mengunjungi mertuanya di Ciamis menjelang Lebaran. Tanpa disertai istrinya, ia tak terlalu hafal jalan karena memang jarang mengemudi sendiri ke luar kota. Apalagi ia asli Padang.

Sampai di simpang lima Tasik saya turun.

"Bapak belok kiri, terus saja ikuti jalan ini. Ciamis tak terlalu jauh lagi Pak. Terima kasih untuk tumpangannya," ujarku berterima kasih.

"Ok. Eh, sebentar Mas, ini ada sedikit kue. Bawa aja, lagian kebanyakan kalau harus dikasih semua ke mertua. Terima kasih untuk menunjukkan jalan."

“Terima kasih banyak sekali lagi Pak. Selamat jalan!”

Tak terlalu banyak informasi tentang Polisi itu, bahkan aku tak sempat bertanya siapa namanya. Tetapi kedatangannya yang tepat waktu, mengingatkan kembali tentang pertolongan Tuhan yang tak pernah terlambat. Di pagi buta itu, doa lirih di dalam hati mendapatkan jawabannya...***

Wednesday, October 13, 2010

so inspired...

PERTANDINGAN YANG TAK MENENTUKAN

“…sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 1:16)

Pernahkah Anda menyaksikan sebuah pertandingan olahraga yang hasilnya tidak lagi menentukan bagi kedua tim yang bertanding? Pertandingan itu pasti akan menjadi pertemuan yang sangat membosankan. Atau pernahkah Anda menyaksikan laga persahabatan? Tidak ada gengsi yang dipertahankan dan tidak ada sesuatu yang menjadi tantangan untuk dikejar.

Berbeda dengan pertandingan yang kerap disebut sebagai “partai hidup-mati”. Duel semacam ini menjadi menarik untuk disaksikan. Masing-masing tim akan bertanding dengan mengerahkan semua jurus agar dapat melumpuhkan lawan. Sambil berhati-hati terhadap serangan lawan, tempo permainan tinggi biasanya diperagakan. Tontonan semacam ini yang diminati pemirsa olah raga.

Kehidupan kita sebagai orang percaya dalam menjaga kekudusan ibarat pertandingan olah raga. Kita diperhadapkan pada pada tantangan-tantangan yang mencoba membuat kita terjatuh. Tetapi justru di situlah seninya. Kekudusan hidup yang dibangun itu menjadi bernilai ketika tekanan dan tantangannya semakin besar.

Hal ini berbeda dengan kesucian yang dibangun dengan mengasingkan diri atau dengan menyingkirkan segala macam godaan. Menyepi agar tak melihat hal-hal yang tak berkenan ibarat merindukan kemenangan tanpa bertanding.

Karena itu Sahabat, di sinilah –di tengah-tengah dunia yang sudah bobrok ini– kita membuktikan kesucian hidup kita di hadapan Tuhan. Kita diberik kuasa dan kemampuan untuk melakukannya bersama Roh Kudus yang berdiam di dalam kita. [JP]

Thursday, October 07, 2010

KEHADIRAN SEORANG AYAH


“Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapanya....” (Maleakhi 4:6)

Salah satu problem yang terjadi dalam kehidupan keluarga sepanjang tahun dan memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam kehidupan jemaat, pekerjaan, pergaulan dan masyarakat adalah masalah “Fatherlessness”. Maksud dari situasi “Fatherlessness” dalam kehidupan keluarga adalah generasi anak-anak yang tumbuh tanpa pernah memperoleh figur seorang ayah sebagaimana seharusnya. Anak-anak tersebut tidak pernah merasakan pengaruh, hubungan dan peran seorang ayah yang positif dan yang dapat dijadikan model sebagai landasan bagi pembentukan karakter atau kepribadian anak.

“Fatherlessness” pada prinsipnya dialami oleh anak-anak dalam suatu keluarga yang tidak merasakan kehadiran, hubungan atau relasi dan peran nyata dari seorang ayah. Penyebab utama dari situasi “tanpa ayah” adalah karena: pertama, anak-anak yang telah menjadi yatim sejak kecil karena ayah mereka meninggal. Kedua, perceraian, sehingga ayah dan ibu mereka tidak lagi hidup bersama dalam sebuah keluarga. Ketiga, kesibukan pekerjaan sehingga seorang ayah tidak dapat memberi waktu, perhatian dan kasih sayang yang cukup kepada anak-anak atau anggota keluarganya. 

Situasi “tanpa ayah” (“Fatherlessness”) dari hasil survey “Gallup Poll” dari The National Center for Fathering di Amerika terakhir ternyata cukup mengejutkan yaitu mencapai 79%. Jadi keadaan “Fatherlessness” secara faktual terjadi, dan bukan sekedar suatu dugaan belaka. 

Sahabat, absennya seorang ayah ternyata sangat berpengaruh fital terhadap pertumbuhan anak. Tetapi kita bersyukur kepada Allah, karena Ia adalah pribadi yang selalu hadir sebagai Bapa sejati. Kembali temukan kasihNya agar kita bertumbuh di dalam Dia. [JP]

Tuesday, October 05, 2010

GOD IS WATCHING, GIVE HIM GOOD SHOW

“Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik .” (Amsal 15:3)

Adalah seorang anak nakal yang gemar mencuri mangga di pohon tetangganya. Sudah berkali-kali diperingatkan oleh orang tuanya agar menghentikan kebiasaannya mencuri, bukannya sadar, ia malah semakin menjadi-jadi. Tetangga-tetangga yang menanam pohon mangga pun sudah kehabisan akal untuk mengatasi kebiasaan buruk anak ini. Selalu saja ada cara baginya untuk mencuri mangga.

Salah seorang tetangganya suatu kali menggunakan cara yang kelihatan rohani dengan 'membawa-bawa' Tuhan dalam urusan ini. Ia memasang sebuah tulisan di pohon, “Tuhan tahu apa yang kamu lakukan!” Tetapi keesokan harinya, beberapa buah mangganya tetap saja hilang dan bertambah pula tulisan di papan itu, “Tuhan memang tahu, tetapi Ia tidak pernah memberitahu!” Betapa nakal dan usilnya anak itu…

Coba kita renungkan sejenak. Bukankah kita kadang seperti anak kecil pencuri mangga itu? Kita paham betul bahwa Tuhan Mahatahu dan karena kemahatahuanNya itu, tidak satupun dari apa yang kita lakukan dapat kita sembunyikan di hadapanNya. Di mataNya, kehidupan kita menjadi begitu transparan. Tetapi meskipun kita tahu bahwa Dia Mahatahu, tetap saja kita melakukan pelanggaran yang disengaja. Lebih buruk lagi, bahkan dosa itu kita rencanakan sedemikian rupa.

Sahabat, bukankah seharusnya kita melakukan hal yang berkenan bagiNya jika kita tahu bahwa Dia Mahatahu? Ibarat sedang bermain pada sebuah pertunjukkan, seharusnya kita memberi Sang Sutradara yang sekaligus Penonton pertunjukkan yang menyenangkan hatiNya. MataNya yang tajam sedang mengawasi, berilah Dia pertunjukkan hidup yang terbaik. [JP]

Friday, October 01, 2010

PENGAKUAN MARION JONES

“Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.” (Mazmur 32:5)

Marion Jones adalah atlit Amerika Serikat untuk cabang atletik yang pernah tersangkut kasus dopping di Olimpiade Sydney 2000. Karena terbukti menggunakan dopping, ia kemudian didiskualifikasi dari arena perlombaan olah raga seluruh dunia itu. Bukan itu saja, ia kemudian juga harus menjalani hari-harinya dengan mendekam di penjara.

Ia yang sudah merintis karirnya sejak SMA, harus merasakan pahitnya hidup karena kesalahan yang dilakukannya. Dalam sebuah wawancara dengan Oprah, ia mengakui bahwa ketenaran dan kekayaan sekalipun tidak dapat memberinya kebahagiaan karena selalu dihantui rasa bersalah. Ia baru mendapatkan kedamaian hidup dengan mengakui kesalahan-kesalahan yang dilakukannya dan menebusnya di dalam penjara.

Sahabat, damai sejahtera kita acap terenggut bukan oleh orang lain, tetapi karena kita sendiri dengan membiarkan dosa tanpa pengakuan. Kita berpikir bahwa dengan menyembunyikan dosa, masalahnya akan selesai. Tetapi yang sering terjadi justru sebaliknya bukan? Kita diteror dan diintimidasi iblis karenanya. Lalu sukacita dan damai sejahtera hilang. Pikiran kacau, susah tidur dan tidak jarang kemudian sakit secara fisik.

Tidak ada untungnya sama sekali menyimpan dosa dalam hidup kita. Ini bukan investasi yang berguna, sebaliknya justru akan menggerogoti kedamaian kita. Karena itu mari kita memilih untuk jujur mengakui di hadapan Tuhan dan mendapatkan pengampunan serta damai sejahtera kita dari Sang Kristus. [JP]
TES KEPERAWANAN?

“Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya yang bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firmanNya.” (Mazmur 119:9)

Bambang Bayu Suseno, seorang anggota DRPD Provinsi Jambi, membuat heboh dengan melontarkan wacana tes keperawanan bagi calon siswi SMP – Perguruan Tinggi. Keinginan itu muncul, konon didasari niatnya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Jambi. Sontak, wacana itu menimbulkan aksi pro dan kontra.

Sebagian menganggap bahwa ini adalah sebuah wacana kurang kerjaan. Sebagian lagi menyatakan bahwa tes keperawanan ini adalah bentuk ketidakadilan terhadap perempuan, yang mustinya disertai tes keperjakaan juga. Tetapi tidak sedikit yang mendukung juga dengan alasan moralitas. Harapannya dengan diadakannya tes keperawanan itu akan membuat banyak gadis, atau remaja pada umumnya berpikir untuk menjaga kesucian hidup mereka.

Bagaimana menurut Anda, Sahabat? Apakah faktor eksternal semacam itu cukup membantu untuk menekan angka seks bebas dan membantu remaja mempertahankan kesucian hidupnya? Jawabannya bisa bermacam ragam dan kompleks melibatkan banyak hal.

Pemazmur mengingatkan bahwa seorang muda dapat mempertahankan kelakuan yang bersih dan kudus di hadapan Allah jika mereka menjaganya sesuai dengan firman-Nya. Artinya, kerinduan dan kedekatan terhadap firman adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi bagi seorang muda. Firmanlah yang kemudian memberi prinsip-prinsip dan kuasa untuk hidup kudus dan menyenangkan hati-Nya. [JP]

Wednesday, September 29, 2010

Obama: Mengapa Saya Kristen

ALBUQUERQUE, KOMPAS.com  Sebuah acara yang dirancang untuk diskusi mengenai masalah perekonomian berubah menjadi acara yang membahas masalah pribadi, Selasa (28/9/2010). Hal itu terjadi ketika seorang perempuan menanyakan kepada Presiden AS Barack Obama tentang iman Kristen dan pandangannya terhadap aborsi.
Pertanyaan itu mencuat pada sebuah pertemuan bergaya balai kota di halaman sebuah rumah di Albuquerque, AS, sebagai bagian dari pendekatan publik Obama untuk menjelaskan kebijakannya dan dalam rangka kampanye Partai Demokrat untuk pemilu kongres pada November mendatang.
Setelah sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa hanya sepertiga dari orang Amerika yang dengan benar mengidentifikasi Obama sebagai seorang Kristen, Presiden memberikan tanggapan pribadi, sebagai orang dewasa, dalam percakapan itu. Ia juga memaparkan tentang bagaimana tugas pelayanan publiknya menjadi bagian dari praktik imannya.

"Saya seorang Kristen karena pilihan," kata Obama memulai jawabannya, dengan tetap berdiri di bawah terik matahari, ketika ditanya mengapa ia menjadi seorang Kristen. "Saya memeluk iman Kristen belakangan, dan itu karena ajaran Yesus Kristus yang berbicara kepada saya tentang kehidupan yang ingin saya lakoni," kata Obama seperti dikutip 
CNN. "Menjadi pelindung bagi saudara dan saudari saya. Memperlakukan orang lain sebagaimana mereka akan memperlakukan saya. Dan saya pikir, juga memahami itu, bahwa Yesus Kristus wafat untuk dosa-dosa saya, berbicara dengan kerendahan hati bahwa kita semua harus berlaku sebagai manusia."

Ia melanjutkan, "Manusia penuh dosa dan makhluk tak sempurna yang membuat kesalahan dan memperoleh keselamatan melalui kasih karunia Allah." Ia menambahkan, "Kita juga dapat melihat Tuhan pada sosok orang lain dan melakukan hal terbaik kita untuk membantu mereka menemukan kasih karunia mereka sendiri."

"Jadi, itulah yang berusaha saya lakukan," kata Obama. "Itu yang saya panjatkan dalam doa untuk saya lakukan setiap hari. Saya pikir tugas pelayanan publik saya adalah bagian dari upaya itu, untuk mengungkapkan iman Kristen saya."

Pada saat yang sama, Obama menekankan keyakinannya bahwa kebebasan beragama adalah bagian dari kekuatan penting Amerika Serikat. "Ini merupakan sebuah negara yang masih didominasi Kristen, tapi kita punya orang-orang Yahudi, Muslim, Hindu, ateis, agnostik, Buddha dan lain-lain," katanya. Ia menambahkan, "Jalan rahmat mereka (warga non-Kristen) adalah salah satu yang kita harus hargai dan hormati sebagaimana keyakinan kita sendiri, dan itulah yang menjadikan negara ini seperti apa adanya saat ini." 

Penanya yang sama juga menanyakan tentang peraturan aborsi dini dan aborsi saat usia kandungan sudah tua, yang menjadi isu politis dalam perdebatan aborsi. Obama menjawab, aborsi harus menjadi sesuatu yang "aman, legal, dan langka" di Amerika. Ia pun menambahkan bahwa keluargalah, bukan pemerintah, yang harus membuat keputusan tentang hal itu.

Pada tanggal 19 September, Obama secara terbuka menghadiri kebaktian di gereja untuk pertama kalinya dalam hampir enam bulan sejak keluarga itu bergabung dengan kebaktian pada pukul 09.00 di Gereja St John Lafayette Square, sebuah kongregasi Episkopal yang terletak sekitar satu blok dari Gedung Putih. Keluarga itu duduk beberapa baris dari altar, di antara sekitar 40 anggota jemaat. 

Sebagai informasi, sebuah survei yang dilakukan pada akhir Juli dan awal Agustus oleh Pew Forum tentang Agama dan Kehidupan Publik menunjukkan, hampir satu dari lima orang Amerika percaya bahwa Obama seorang Muslim. Angka itu naik dari sekitar satu dari 10 orang Amerika yang mengatakan ia Muslim pada tahun lalu. Jumlah orang Amerika yang menyatakan ragu-ragu tentang agama sang Presiden jauh lebih besar dan terus bertumbuh, termasuk di antara basis politik Obama. Sebagai contoh, kurang dari setengah dari pendukung Demokrat dan Afrika-Amerika saat ini mengatakan, Obama seorang Kristen.

Menurut survei Pew yang dirilis bulan lalu, sebagian besar dari mereka yang berpikir Obama seorang Muslim adalah pendukung Republik. Namun, jumlah kelompok independen yang percaya dia Muslim telah berkembang secara signifikan, dari 10 persen tahun lalu menjadi 18 persen pada musim panas ini. Pada Maret 2009, 36 persen orang Afrika-Amerika mengatakan, mereka tidak tahu apa agama Obama. Sekarang, 46 persen warga Afrika-Amerika mengatakan mereka tidak tahu.***

Tuesday, September 28, 2010

PERSEMBAHAN DIDIK NINI THOWOK

“Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,...” (Pengkhotbah 9:10a)

Didik Hadi Prayitno, atau lebih dikenal dengan Didik Nini Thowok, adalah seniman tari kontemporer kelahiran Temanggung yang sering mengharumkan nama bangsa. Karya-karya tarinya bukan saja telah menjadi pertunjukkan yang menghibur, tetapi juga telah mendapat apresiasi dari berbagai negara di belahan dunia.

Tahukah Anda Sahabat, bahwa Didik adalah seorang seniman religius yang rajin berbakti di gereja? Ia aktif bergereja dan selalu duduk di bangku paling depan agar dapat menghayati khotbah Pendeta. Dari kehidupan spiritualnya, ia belajar banyak tentang keikhlasan dalam memberi. Hidup adalah sesuatu yang harus dibaktikan bagi kemaslahatan banyak orang, bukan untuk kepentingan pribadi semata.

Maka kemudian ia sering terlibat dalam memproduksi karya-karya seni tanpa mendapat bayaran. Bahkan ia dan timnyalah yang mengongkosi semua biaya produksinya. Ia tercatat mendokumentasikan karya tari Legong Bapang (ciptaan guru tari Balinya, I Gusti Gde Raka) dan tari Beskalan Putri (ciptaan penari Rasimoen dari Malang). Ia dibesarkan dari tari dan merasa terpanggil juga untuk mempersembahkan hidupnya bagi kelestarian tari. Justru karena keikhlasan itu, Didik banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Proyek-proyek persembahannya itu berjalan dengan lancar.

Seperti Didik telah melayani dan memberi yang terbaik melalui profesinya, demikian hendaknya kita menjalani pekerjaan yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Kerjakanlah dengan semangat dan ketulusan. Tuhan tidak tinggal diam. [JP]
PENGABDIAN DALINEM

“Kamu tahu bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah Tuan dan kamu hambaNya.” (Kolose 3:24)

Siapa yang masih ingat Keluarga Berencana (KB)? Ya, KB adalah proyek pemerintah Orde Baru untuk menahan laju populasi penduduk  yang semakin pesat merambat. Kita harus jujur mengkaui bahwa dengan program ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat ditahan, atau setidaknya diperlambat. Kita tidak bisa membayangkan betapa akan terjadi ledakan dahsyat jumlah penduduk jika tidak ada program ini.

Adalah seorang ibu bernama Dalinem. Wanita yang berasal dari Desa Sumber Watu, Sambireja, Prambanan, Yogyakarta itu mempunyai kisah yang menarik berkaitan dengan pengabdiannya terhadap program KB. Pada 1971 atas kesadaran sendiri ia berjalan tak kenal lelah  mengajak warga desanya untuk ikut melaksanakan program KB. Tetapi wanita yang hanya lulusan SMP ini memberikan penyuluhan kepada warga desa tanpa mendapat imbalan. Memberikan penyuluhan kepada warga yang rata-rata berpendidikan rendah setingkat SD adalah tidak mudah. Padahal stereotipe kebanyakan masyarakat Jawa pada waktu itu masih teguh memegang “Banyak anak, banyak rejeki.” 

Berbagai cibiran dan cemoohan warga akibat ketidaktahuan soal KB ia terima tanpa bisa marah. “Bahkan kala itu saya pernah diancam dengan golok oleh seorang bapak yang tidak terima karena istrinya diajak ber-KB,” ujar Dalinem mengenang. Namun berkat kesabaran dan ketekunan hampir 10 tahun, Dalinem akhirnya diangkat penjadi pegawai pemerintah dan mendapat penghargaan dari mendiang Ibu Tien Soeharto.

Sahabat, seorang hamba sejati memang tidak selayaknya bertanya tentang apa yang akan ia dapatkan, apakah itu keuntungan pribadi atau penghargaan. Satu-satunya hal yang menyibukkannya adalah apa yang ia bisa berikan untuk menunjukkan pengabdiannya. Kepada kita sekalian melekat label ‘hamba Tuhan’. Tetapi apakah kita sudah mengabdi sebagaimana Dalinem? [JP]

MELAYANI MELALUI DESIGN

“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23)

Tak banyak yang mengenal desainer logo Henricus Kusbiantoro. Pria yang acap disapa Icus ini adalah desainer LOGO Supremasi Sepak Bola Amerika Super Bowl 2011. Icus adalah juga seorang Senior Art Director Landor Associates di San Fransisco, Amerika Serikat. Sejak bergabung dengan Landor, portofolio internasional berderet di curriculum vitae Henri. Namanya semakin kukuh sebagai desainer merek.

Icus juga menjadi desainer grafis Indonesia pertama yang meraih penghargaan internasional berpengaruh, DAD London Merit Award. Karya Henri saat itu adalah desain merek kampanye global US Red Campaign for AIDS in Africa yang diinisiasi pemusik Bono dari band U2. Kampanye itu sendiri diresmikan di World Economic Forum, Davos, Swiss, pada 2006.

Icus pun pernah bergabung dalam proyek revitalisasi General Electric (GE) sebuah produk elektronik ternama di dunia. Dari proyek GE ini Henri belajar banyak. Perancangan logo bagi klien-klien multinasional dan berskala besar sangat mustahil dikerjakan dengan semangat kerja one man show, tapi kerja sama multidisiplin. “Keberhasilan merancang sebuah logo banyak dikaitkan sebagai misteri, intuisi, bakat alami, hoki bahkan wangsit hingga fengsui. Namun, saya pribadi percaya campur tangan Tuhan dalam pekerjaan tangan kita sebagai desainer adalah misteri yang layak menjadi renungan,” tulis ayah satu putra ini.

Kiranya semangat Icus untuk berkarya melalui apa yang Tuhan titipkan padanya itu menginspirasi setiap kita bahwa pekerjaan apapun yang kita lakukan, jika disertai dengan keyakinan akan penyertaanNya, akan mendatangkan kemuliaan bagiNya. [JP]

Friday, August 27, 2010

DEMI KEMULIAAN-NYA


"...dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.” (Kisah Para Rasul 2:22)


Dalam dekade 80an pernah tampil seorang penginjil televisi bernama Jim Bakker. Ia adalah seorang hamba Tuhan yang kontroversial, bukan saja karena ajarannya tentang Teologi Kemakmuran, tetapi juga tentang perilaku manipulatifnya terhadap mujizat-mujizat yang terjadi di dalam KKR yang dipimpinnya. Di akhir kebaktian yang dipenuhi mujizat itu, ia lantas mendorong jemaat untuk mempersembahkan apa saja yang mereka miliki.


Mujizat yang terjadi telah dipakainya sebagai alat untuk kemudian memperkaya diri sendiri. Ia menggelapkan uang jemaat yang mendukungnya sejumlah $158 juta yang kemudian menuntunnya ke pintu penjara. Uang yang dipakai untuk mendukung pelayanan yang dikembangkannya pun, ditilep sebagian untuk kepentingan pribadi.


Belum lagi, Jim suka bergaya hidup mewah. Ia memiliki enam rumah mewah dengan masing-masing rumah anjing yang ber-AC. Ia berzinah dengan sekretaris gereja dan mencoba menutupi kasus itu dengan suap sebesar $250 ribu. Isterinya kemudian menceraikannya ketika ia ada di dalam penjara.


Demikianlah kalau mujizat yang seharusnya dinyatakan untuk kemuliaan-Nya, telah diselewengkan bagi kemuliaan pribadi. Jika mujizat terjadi, yang harus dimuliakan adalah Kristus. Mujizat harus meneguhkan karya penyelematan Kristus, bukan untuk kepentingan manusia.


Sahabat, siapapun kita dapat mengalami ketergelinciran seperti kisah di atas. Tidak ada maksud sama sekali untuk mendiskreditkan siapapun, tetapi justru untuk belajar dan berhati-hati. Harapkanlah mujizat terjadi, tetapi jangan sampai melenceng dari tujuannya yang semula. [JP]

Wednesday, August 25, 2010

Sydney, Here I come...

Ini pengalaman perjalanan kedua ke luar negeri setelah Singapura. Hanya, perjalanan ke Sydney kali ini lebih mendebarkan. Ya, karena jadwal keberangkatannya pas hari terakhir masa liburan sekolah akhir semester tahun ini. Aku membayangkan akan melelahkan di tol dalam kota hingga tol bandara. Dan tentu saja juga memakan waktu lama karena macet tak terhindarkan. Tetapi ketakutan itu tak terbukti, malah cenderung lancar jaya perjalanan Bandung-Bandara waktu itu. Jadilah aku menunggu dalam bosan hampir 8 jam sebelum boarding.

Deg-degan berikutnya terjadi karena aku berangkat sendirian. Dulu waktu ke Singapura berangkat bersama rombongan, jadi tak terlalu nervous. Dengan bahasa Inggris yang terbata-bata aku membayangkan harus berhadapan dengan petugas imigrasi, lalu ditanya ini-itu. Lagi-lagi ketakutan ini tak terbukti. Proses klaim bagasi hingga pemeriksaan berjalan lancar karena semua tertib antri dan profesionalisme petugas.

Day 1. Pagi itu udara dingin Sydney menyergap. Di gerbang kedatangan kusapukan pandangan untuk memastikan bahwa Pak Joseph Tee sudah datang menjemput, tapi ternyata belum. Kuputuskan duduk sebentar di ruang tunggu sambil melihat berita di TV tentang kemenangan Spanyol atas Belanda di Piala Dunia. Tak lama berselang Pak Joseph datang. Kami berbasa-basi sebentar dan segera menuju tempat parkir.

Sebelum tiba di rumah Pak Jos, kami singgah di sebuah gerai McD untuk sarapan. Bagiku, sepagi itu sarapan adalah sebuah perjuangan. Waktu setempat menunjuk pukul 06.30, berarti 03.30 waktu Indo. Tapi karena udara dingin yang membekap, habis juga dua potong pancake dan segelas kopi itu. ...bersambung...

Tuesday, August 10, 2010

KEKANG UNTUK MULUT KITA

“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” (Amsal 18:21)

Perkataan kita akan membangun citra diri yang baik, atau sebaliknya akan menciptakan citra diri yang buruk. Simaklah apa yang ditemukan oleh penginjil Bill Glass. Ia berkata bahwa 90% dari penghuni penjara pernah mendengar dari orang tua mereka sebuah kalimat yang berbunyi, “Kamu akan dimasukkan ke penjara.” Artinya, perkataan seseorang memiliki kuasa yang bisa terjadi di masa depan.

Banyak orang tua yang secara tidak sadar tetapi berlangsung terus-menerus, memperkatakan hal-hal yang tidak baik bagi anak-anaknya. Kata-kata seperti bodoh, jelek, nakal, malas dan beberapa perbendaharaan kata tak membangun yang lain, meluncur pedas dari mulut orang tua. Secara jujur, tidak ada orang tua yang menghendaki anak-anaknya menjadi seperti apa yang dikatakan. Tetapi anak-anak telanjur ‘merekam’ secara otomatis perkataan-perkataan itu. Akibatnya, tertanamlah di dalam dirinya bahwa ia bodoh, jelek, nakal, dan malas. Kemudian mereka hidup di bawah bayang-bayang perkataan itu dan kemudian mewujud di dalam diri mereka.

Memang ada banyak faktor dari pembentukan kepribadian seorang anak. Tetapi salah satunya adalah perkataan orang tuanya. Karena itu yang menjadi kebutuhan mendasar bagi kita, Sahabat NK, adalah untuk memasang ‘rem’ bagi mulut kita. Sebagaimana kekang dapat mengendalikan keliaran seekor kuda, demikianlah hendaknya kita mengendalikan perkataan kita. Mengeluarkan perkataan yang membangun dan menjadi berkat, jauh lebih bermanfaat daripada mengumpat dan menyumpahi. [JP]

Thursday, August 05, 2010

LOMPATAN QIAN HONGYAN

“Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.”
(I Timotius 6:12)

Cacat tidak mematahkan semangat Qian Hongyan dari Kunming, China, untuk berprestasi. Remaja ini kehilangan kedua kakinya saat kecelakaan lalu lintas di usianya yang masih 3 tahun. Oleh orangtuanya, Qian diikutsertakan dalam terapi basket dan ternyata berhasil. Qian kemudian tampil sebagai pebasket cilik yang cemerlang. Tak memiliki kaki bukan halangan baginya untuk lincah di lapangan.

Qian membuktikan bahwa keadaan tanpa kaki tidak menghalanginya untuk tetap melompat dan melesakkan bola ke dalam keranjang. Penampilan Qian yang mengharukan itu mendapat liputan luas dari media massa internasional. Alhasil, sekelompok dokter membuatkannya sepasang kaki palsu saat dia berusia 8 tahun.

Qian bukan hanya piawai bermain basket, tapi atlet cilik ini juga lincah di kolam renang. Kini ia tengah mempersiapkan diri untuk tampil dalam kejuaraan dunia atlet cacat di London tahun 2012 mendatang. Selain di nomor basket, Qian rencananya juga akan tampil di cabang renang.

Orang-orang dengan keterbatasan fisik semacam Qian biasanya tidak mendapat tempat di masyarakat luas. Mereka lebih sering dianggap beban daripada potensi yang terpendam. Itu sebabnya kebanyakan kaum difable (cacat) cenderung tersisih. Tetapi justru Tuhan menghadirkan mereka dalam kehidupan kita untuk mencelikkan ‘kebutaan’ kita akan kebesaran-Nya dalam memakai siapapun juga. Sesungguhnya, kita berhutang kepada mereka yang tak mau menyerah kepada nasib, kepada keadaan dan kepada apa yang disebut oleh banyak orang sebagai takdir. [JP]