Wednesday, October 13, 2010

so inspired...

PERTANDINGAN YANG TAK MENENTUKAN

“…sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 1:16)

Pernahkah Anda menyaksikan sebuah pertandingan olahraga yang hasilnya tidak lagi menentukan bagi kedua tim yang bertanding? Pertandingan itu pasti akan menjadi pertemuan yang sangat membosankan. Atau pernahkah Anda menyaksikan laga persahabatan? Tidak ada gengsi yang dipertahankan dan tidak ada sesuatu yang menjadi tantangan untuk dikejar.

Berbeda dengan pertandingan yang kerap disebut sebagai “partai hidup-mati”. Duel semacam ini menjadi menarik untuk disaksikan. Masing-masing tim akan bertanding dengan mengerahkan semua jurus agar dapat melumpuhkan lawan. Sambil berhati-hati terhadap serangan lawan, tempo permainan tinggi biasanya diperagakan. Tontonan semacam ini yang diminati pemirsa olah raga.

Kehidupan kita sebagai orang percaya dalam menjaga kekudusan ibarat pertandingan olah raga. Kita diperhadapkan pada pada tantangan-tantangan yang mencoba membuat kita terjatuh. Tetapi justru di situlah seninya. Kekudusan hidup yang dibangun itu menjadi bernilai ketika tekanan dan tantangannya semakin besar.

Hal ini berbeda dengan kesucian yang dibangun dengan mengasingkan diri atau dengan menyingkirkan segala macam godaan. Menyepi agar tak melihat hal-hal yang tak berkenan ibarat merindukan kemenangan tanpa bertanding.

Karena itu Sahabat, di sinilah –di tengah-tengah dunia yang sudah bobrok ini– kita membuktikan kesucian hidup kita di hadapan Tuhan. Kita diberik kuasa dan kemampuan untuk melakukannya bersama Roh Kudus yang berdiam di dalam kita. [JP]

Thursday, October 07, 2010

KEHADIRAN SEORANG AYAH


“Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapanya....” (Maleakhi 4:6)

Salah satu problem yang terjadi dalam kehidupan keluarga sepanjang tahun dan memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam kehidupan jemaat, pekerjaan, pergaulan dan masyarakat adalah masalah “Fatherlessness”. Maksud dari situasi “Fatherlessness” dalam kehidupan keluarga adalah generasi anak-anak yang tumbuh tanpa pernah memperoleh figur seorang ayah sebagaimana seharusnya. Anak-anak tersebut tidak pernah merasakan pengaruh, hubungan dan peran seorang ayah yang positif dan yang dapat dijadikan model sebagai landasan bagi pembentukan karakter atau kepribadian anak.

“Fatherlessness” pada prinsipnya dialami oleh anak-anak dalam suatu keluarga yang tidak merasakan kehadiran, hubungan atau relasi dan peran nyata dari seorang ayah. Penyebab utama dari situasi “tanpa ayah” adalah karena: pertama, anak-anak yang telah menjadi yatim sejak kecil karena ayah mereka meninggal. Kedua, perceraian, sehingga ayah dan ibu mereka tidak lagi hidup bersama dalam sebuah keluarga. Ketiga, kesibukan pekerjaan sehingga seorang ayah tidak dapat memberi waktu, perhatian dan kasih sayang yang cukup kepada anak-anak atau anggota keluarganya. 

Situasi “tanpa ayah” (“Fatherlessness”) dari hasil survey “Gallup Poll” dari The National Center for Fathering di Amerika terakhir ternyata cukup mengejutkan yaitu mencapai 79%. Jadi keadaan “Fatherlessness” secara faktual terjadi, dan bukan sekedar suatu dugaan belaka. 

Sahabat, absennya seorang ayah ternyata sangat berpengaruh fital terhadap pertumbuhan anak. Tetapi kita bersyukur kepada Allah, karena Ia adalah pribadi yang selalu hadir sebagai Bapa sejati. Kembali temukan kasihNya agar kita bertumbuh di dalam Dia. [JP]

Tuesday, October 05, 2010

GOD IS WATCHING, GIVE HIM GOOD SHOW

“Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik .” (Amsal 15:3)

Adalah seorang anak nakal yang gemar mencuri mangga di pohon tetangganya. Sudah berkali-kali diperingatkan oleh orang tuanya agar menghentikan kebiasaannya mencuri, bukannya sadar, ia malah semakin menjadi-jadi. Tetangga-tetangga yang menanam pohon mangga pun sudah kehabisan akal untuk mengatasi kebiasaan buruk anak ini. Selalu saja ada cara baginya untuk mencuri mangga.

Salah seorang tetangganya suatu kali menggunakan cara yang kelihatan rohani dengan 'membawa-bawa' Tuhan dalam urusan ini. Ia memasang sebuah tulisan di pohon, “Tuhan tahu apa yang kamu lakukan!” Tetapi keesokan harinya, beberapa buah mangganya tetap saja hilang dan bertambah pula tulisan di papan itu, “Tuhan memang tahu, tetapi Ia tidak pernah memberitahu!” Betapa nakal dan usilnya anak itu…

Coba kita renungkan sejenak. Bukankah kita kadang seperti anak kecil pencuri mangga itu? Kita paham betul bahwa Tuhan Mahatahu dan karena kemahatahuanNya itu, tidak satupun dari apa yang kita lakukan dapat kita sembunyikan di hadapanNya. Di mataNya, kehidupan kita menjadi begitu transparan. Tetapi meskipun kita tahu bahwa Dia Mahatahu, tetap saja kita melakukan pelanggaran yang disengaja. Lebih buruk lagi, bahkan dosa itu kita rencanakan sedemikian rupa.

Sahabat, bukankah seharusnya kita melakukan hal yang berkenan bagiNya jika kita tahu bahwa Dia Mahatahu? Ibarat sedang bermain pada sebuah pertunjukkan, seharusnya kita memberi Sang Sutradara yang sekaligus Penonton pertunjukkan yang menyenangkan hatiNya. MataNya yang tajam sedang mengawasi, berilah Dia pertunjukkan hidup yang terbaik. [JP]

Friday, October 01, 2010

PENGAKUAN MARION JONES

“Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.” (Mazmur 32:5)

Marion Jones adalah atlit Amerika Serikat untuk cabang atletik yang pernah tersangkut kasus dopping di Olimpiade Sydney 2000. Karena terbukti menggunakan dopping, ia kemudian didiskualifikasi dari arena perlombaan olah raga seluruh dunia itu. Bukan itu saja, ia kemudian juga harus menjalani hari-harinya dengan mendekam di penjara.

Ia yang sudah merintis karirnya sejak SMA, harus merasakan pahitnya hidup karena kesalahan yang dilakukannya. Dalam sebuah wawancara dengan Oprah, ia mengakui bahwa ketenaran dan kekayaan sekalipun tidak dapat memberinya kebahagiaan karena selalu dihantui rasa bersalah. Ia baru mendapatkan kedamaian hidup dengan mengakui kesalahan-kesalahan yang dilakukannya dan menebusnya di dalam penjara.

Sahabat, damai sejahtera kita acap terenggut bukan oleh orang lain, tetapi karena kita sendiri dengan membiarkan dosa tanpa pengakuan. Kita berpikir bahwa dengan menyembunyikan dosa, masalahnya akan selesai. Tetapi yang sering terjadi justru sebaliknya bukan? Kita diteror dan diintimidasi iblis karenanya. Lalu sukacita dan damai sejahtera hilang. Pikiran kacau, susah tidur dan tidak jarang kemudian sakit secara fisik.

Tidak ada untungnya sama sekali menyimpan dosa dalam hidup kita. Ini bukan investasi yang berguna, sebaliknya justru akan menggerogoti kedamaian kita. Karena itu mari kita memilih untuk jujur mengakui di hadapan Tuhan dan mendapatkan pengampunan serta damai sejahtera kita dari Sang Kristus. [JP]
TES KEPERAWANAN?

“Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya yang bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firmanNya.” (Mazmur 119:9)

Bambang Bayu Suseno, seorang anggota DRPD Provinsi Jambi, membuat heboh dengan melontarkan wacana tes keperawanan bagi calon siswi SMP – Perguruan Tinggi. Keinginan itu muncul, konon didasari niatnya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Jambi. Sontak, wacana itu menimbulkan aksi pro dan kontra.

Sebagian menganggap bahwa ini adalah sebuah wacana kurang kerjaan. Sebagian lagi menyatakan bahwa tes keperawanan ini adalah bentuk ketidakadilan terhadap perempuan, yang mustinya disertai tes keperjakaan juga. Tetapi tidak sedikit yang mendukung juga dengan alasan moralitas. Harapannya dengan diadakannya tes keperawanan itu akan membuat banyak gadis, atau remaja pada umumnya berpikir untuk menjaga kesucian hidup mereka.

Bagaimana menurut Anda, Sahabat? Apakah faktor eksternal semacam itu cukup membantu untuk menekan angka seks bebas dan membantu remaja mempertahankan kesucian hidupnya? Jawabannya bisa bermacam ragam dan kompleks melibatkan banyak hal.

Pemazmur mengingatkan bahwa seorang muda dapat mempertahankan kelakuan yang bersih dan kudus di hadapan Allah jika mereka menjaganya sesuai dengan firman-Nya. Artinya, kerinduan dan kedekatan terhadap firman adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi bagi seorang muda. Firmanlah yang kemudian memberi prinsip-prinsip dan kuasa untuk hidup kudus dan menyenangkan hati-Nya. [JP]