Sunday, April 26, 2009

MENDADAK FACEBOOK

Situs jejaring sosial facebook (FB) telah mengubah wajah dunia dalam waktu yang singkat. Ibu rumah tangga, karyawan, pelajar, mahasiswa, artis, politisi hingga rohaniwan keranjingan menggunakan situs pertemanan yang dibangun Mark Elliot Zuckerberg ini. Sejak diluncurkan tahun 2004, situs ini telah menghubungkan 123,9 juta orang di seluruh dunia. Itu data hingga Mei 2008, saat ini tentu jumlah itu sudah membengkak. Ada apa dengan FB?

Jika Anda mencermati lingkungan sosial akhir-akhir ini, Anda akan mendapati banyaknya orang yang ‘menyendiri’ di tengah keramaian. Mereka asyik dengan laptop, Blackberry atau ponsel mereka untuk terhubung dengan teman-teman mereka di FB. Uniknya, banyak yang mengakses FB untuk hal-hal yang sebenarnya ngga penting-penting amat. Seorang facebooker memposting sebuah status di dindingnya, “Mau mandi dulu ah…” Terus, apa urusannya kalau mau mandi? Tetapi itulah realitas kehidupan sosial yang terjadi belakangan.

Di sisi lain, menggunakan FB pun dapat mendatangkan banyak manfaat asalkan kita dapat memosisikan diri sebagai pengakses FB yang cerdas. Berikut beberapa tips yang dapat Anda cermati:
1. Pastikan tujuan Anda ketika bergabung dengan FB. FB adalah sebuah fasilitas untuk memperluas relasi sosial di sunia maya. Jangan sampai pekerjaan akhirnya terbengkelai gara-gara terlalu sibuk nongkrongin FB.
2. Selektif memilih teman. Pilihlah teman yang memberi manfaat secara sosial, bukan hanya di dunia maya, tetapi juga di dunia nyata. Mereka mungkin teman sekolah, kerja, rekan bisnis atau saudara seiman Anda.
3. Jangan jadikan FB sebagai identitas. Bagaimanapun FB adalah fasilitas, bukan identitas. Sebagian orang merasa pede bergaul di dunia maya, tetapi tidak di kehidupan nyata. Jika Anda mengalaminya, Anda harus berhati-hati dengan identitas Anda.
4. Hindari umbar data diri. Berikan data diri secukupnya karena Anda tidak berkewajiban mengumbar identitas kepada orang-orang yang bisa saja menyalahgunakannya.
5. FB bukan tempat curhat. Jika ingin curhat, sebaiknya tidak memilih FB karena kemungkinan dilihat dan diketahui banyak orang terbuka lebar. Gunakan telepon atau email untuk masalah-masalah pribadi yang sifatnya rahasia.
6. Jangan menggantikan pergaulan nyata. Jangan sampai kita menjadi orang yang ‘gaul’ di dunia maya, tetapi kesepian di dunia nyata. Hubungan pertemanan nyata jauh lebih berharga, apalagi jika disangkutpautkan dengan kesehatan emosi dan pertumbuhan rohani.
7. Akseslah FB seperlunya. Jangan terlalu lama memasang FB di layar monitor atau HP Anda. Cukuplah untuk sekedar sign in, menginformasi permintaan pertemanan, menjawab pertanyaan atau memposting hal-hal penting, setelah itu segera sign out.

Jika kita menggunakan situs ini secara bertanggung jawab, niscaya banyak manfaat yang akan kita dapatkan. Masalah jarak dan waktu yang acap jadi penghambat komunikasi, bisa dijembatani dengan FB. Sebagian orang memanfaatkannya untuk kepentingan pelayanan, marketing produk dan hal-hal positif lainnya.

Jadi bagaimana menurut Anda? Apakah FB itu –meminjam istilah Pak Rubin Adi– “berkat” atau “bencana”? [dari berbagai sumber]

Wednesday, April 15, 2009

AKHIR KISAH PEMBURU KURSI

Mbah Darmo klenger! Niatnya untuk duduk manis di kursi empuk dewan tingkat kabupaten pupus sudah. Boro-boro dapet kursi, pemilih yang mencontreng namanya pada kertas suara tak lebih dari 50 orang. Demi melihat kenyataan ini, Mbah Darmo hanya bisa termangu tak percaya. Bagaimana tidak? Penganggur ini sudah mati-matian menggelontorkan dana kampanye. Utang sana-sini untuk bikin spanduk, selebaran dan poster. Ia juga menunjuk tim sukses untuk memasang gambar-gambar dirinya di tempat-tempat strategis. Untuk hal itu tentu harus ada 'uang lelah' untuk sekedar membeli rokok dan makan malam. Ia juga harus berlatih pidato berbulan-bulan mengingat saat kampanye ia harus berorasi di depan masa yang mendukungnya. Just for your information, Mbah Darmo lulus SMA saja dengan nilai yang pas-pasan. Jadi, bayangkan sendiri bagaimana pidatonya. Ia pasti tak fasih lidah, apalagi menanggapi isu-isu politik yang berkembang. Mungkin ia bahkan tak tahu apa itu electoral treshold.

Ia berharap, nanti kalo sudah jadi anggota dewan, utangnya tertutup. Modalnya bisa balik, impas. Kini harapan tinggal harapan. Mbah Darmo malah sibuk menyembunyikan diri dari kejaran debt colector yang tak menyerah nongkrong saban hari di rumah kontrakannya. Ia stres, frustasi, malu, takut, minder dan tak kuasa menanggung beban ini. Tekanan yang hebat itu membawanya ke titik depresi tertinggi dan akhirnya gilalah caleg tak jadi ini.

Kerjaannya menggotong kursi ke mana ia pergi dengan tetap berseragam partai yang dibelanya. Berteriak-teriak tak jelas di sepanjang jalan. Bahkan ia tak bisa membedakan lagi mana toilet dan mana pinggir jalan. Syaraf warasnya benar-benar telah putus. Sampai akhirnya tak sehelai benangpun melekat di tubuhnya.

Mbak Darmi, sang istri, jadi trenyuh. "Lha wong sudah tak ingetin dari dulu untuk tidak nyaleg. Tapi semangat keblingernya itu koq ya ndak turun-turun. Malah ngomong kamu ini wong wedok tahu apa. Oalah pakne.. pakne.. lha kalo sekarang kamu jadi kenthir terus aku piye?" ujarnya sambil mengelus dada. Tapi kondisi kejiwaan suaminya yang tergoncang tidak membuat Mbak Darmi berencana menggugat cerai. Ia mencoba tabah untuk menghadapi kondisi suaminya.

Demikianlah Mbak Darmi menjalani hari-harinya berteman seorang suami tak waras. Belum lagi ia harus menjadi buruh cuci di tetangga kampungnya untuk menutup utang Mbah Darmo. Ia menerawang... Entah kapan utangnya lunas terbayar....***
MIGHTY HELPER

“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran...” (Yohanes 14:16-17)

Pernahkan Anda meminta tolong kepada seorang anak kecil untuk melakukan sesuatu, padahal anak kecil itu belum mampu memahami sepenuhnya permintaan Anda? Bagaimana hasilnya, manakah yang lebih sering Anda dapatkan, memuaskan atau tidak? Kalau Anda menyuruhnya untuk mengambil segelas air, bisa-bisa airnya tumpah atau bahkan gelasnya pecah karena terjatuh. Jika Anda memintanya untuk menyelesaikan tugas melalui komputer Anda, file yang sudah Anda kerjakan bisa hilang. Malah, salah-salah program komputer Anda bisa rusak.

Berbeda dengan ketika Anda meminta bantuan kepada pihak yang memahami betul apa yang Anda inginkan. Anda akan mendapatkan hasil memuaskan dan keinginan Anda terpenuhi. Jika listrik di rumah Anda bermasalah dan tak berfungsi sebagaimana mestinya, Anda tentu akan meminta tolong orang yang mengerti seluk-beluk listrik. Waktu kendaraan Anda mogok, Anda langsung menghubungi bengkel langganan atau bengkel terdekat untuk mereparasinya. Dan kita menemukan solusi masalahnya.

Pernahkan Anda membayangkan tentang Penolong lain yang jauh lebih luar biasa dari itu semua? Doraemon dengan kantong ajaibnya? Tentu bukan. Lampu Aladin yang mengeluarkan jin kala digosok dan siap melakukan apapun? Bukan juga. Lalu? Ya, Dialah Roh Kudus yang berdiam di dalam kita, Penolong yang hebat sebagaimana dijanjikan Yesus Kristus bagi kita. Percayakan semua masalah Anda kepadaNya.***
HARD WORKER, BUKAN WORKAHOLIC

“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untu manusia.” (Kolose 3:23)

Salah satu ciri profesionalitas adalah bekerja keras (work hard) tanpa menjadi gila kerja (workaholic). Kalau Anda seorang pemimpin, alangkah bahagianya Anda jika memiliki pekerja-pekerja dengan tipe work hard ini. Tanpa Anda minta dengan perintah berulang-ulang, pekerja itu dengan sigap melakukan apa yang menjadi tugasnya. Ia menyelesaikannya bukan hanya tepat waktu, tetapi juga dengan hasil terbaik, bahkan melampaui apa yang diharapkan.

Seorang pekerja keras adalah seseorang yang amat menghargai waktu. Ia mulai bekerja tepat waktu, bekerja memaksimalkan waktu dan menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang tersedia. Ia sadar betul akan kerugian yang dapat ditimbulkan bagi dirinya sendiri maupun bagi instansi tempatnya bekerja jika tidak menggunakan waktu sebaik-baiknya. Inikah tipe Anda?

Lain lagi dengan tipe pekerja workaholic. Orang model ini mentuhankan pekerjaan. Pekerjaan adalah segala-galanya dan tak tergantikan dengan apapun. Bahkan ia rela mengorbankan apa saja demi pekerjaan. Saking kerasnya bekerja, ia jadi lupa waktu dan kesehatan diabaikan. Keluarga terbengkelai karena seluruh waktunya dialokasikan untuk bekerja. Demikianlah orang yang workaholic telah mengabaikan hubungan sosialnya demi ambisi untuk mendapatkan lebih banyak dari apa yang dikerjakan. Kenyataannya kadang berbicara lain, ia mendapat banyak materi tetapi akan cepat hilang pula untuk membiayai sakit karena gila kerjanya. Tipe yang inikah Anda?

Sahabat, jadikanlah kerja keras sebagai etos kerja kita. Pilihan kita itu akan membawa kita menikmati sukses sejati.***