Thursday, November 27, 2008

‘DEPARTEMEN DOA NASIONAL’

“Tetaplah berdoa.” (1 Tesalonika 5:17)

Tentu saja ini hanya sebuah kelakar. Masak sih, untuk urusan doa pemerintah harus membentuk sebuah departemen? Suatu kali terjadi percakapan antara Mas Celathu (tokoh rekaan Butet Kartaredjasa dalam kolom “Celathu” di harian Suara Merdeka Minggu) dengan isterinya, Mbakyu Celathu.

Mbakyu Celathu berujar, “Pakne, saya mau usul ke pemerintah kalau Departemen Agama dibubarkan atau dilebur saja dengan Departemen Perhubungan.” “Lho, apa ada hubungannya to Bu? Departemen Agama itu kan ngurusi bidang keagamaan, lalu Departemen Perhubungan ngurusi masalah transportasi. Kan ngga nyambung kalau digabung?” sergah Mas Celathu. Mbakyu segera menangkis, “Lha itu buktinya… Departemen Perhubungan dengan sukses telah meningkatkan kerohanian masyarakat. Orang di negeri kita ini kan jadi rajin berdoa sebelum naik kendaraan umum lantaran kondisi sarana transportasi yang buruk dan makin memprihatinkan. Naik pesawat takut jatuh, naik kereta takut anjlok, naik taxi takut dirampok. Lha ini kan mengambil ‘jatah’ Departemen Agama to Pakne? Lebih baik Depag dibubarkan saja…” Mas Celathu pun tercenung mengiyakan dalam hati.

Sahabat, bagaimanapun doa adalah masalah prifat, sangat pribadi. Tidak bisa dicampuri oleh pihak manapun sebab ini bentuk hubungan manusia dengan Penciptanya. Bagi kehidupan Kristen, doa adalah tempat dimana kekuatan hidup didapatkan kembali. Namun kenyataannya banyak orang percaya yang enggan melakukannya. Alasannya berderet, belum sempat, tidak ada waktu, hingga dengan jujur mengakui kalau malas melakukannya. Doa baru akan ditingkatkan saat mengalami kondisi yang serba terjepit. Dalam kondisi normal, aktifitas berkomunikasi dengan Allah ini lantas ditinggalkan.

Jika kita menyadari betapa bergunanya doa untuk mengokohkan kehidupan, pasti dengan kerelaan bahkan sebagai kebutuhan, kita akan melakukannya. [JP]

No comments: