Thursday, June 07, 2007

SPANDUK

Apalah arti sebuah spanduk? Hanya beberapa meter kain yang dibentangkan di sisi-sisi jalan. Dari segi keawetan, pastilah spanduk tak bakal bertahan lama. Karena terpaan panas dan deraan hujan, ia menjadi kain yang begitu rentan. Lusuh lantas robek begitu saja.

Beberapa teman sekampung -entah karena kreatif atau karena miskin, tipis sekali batasnya- sering memanfaatkan spanduk sebagai bahan celana pendek. Tetangga yang lain menggunakannya untuk menutup kedai mie ayamnya.


Spanduk, bagi sebagai orang adalah sarana penyaluran ekspresi. Setidaknya jika kita melihatnya pada peristiwa demonstrasi. Tulisan-tulisan pada spanduk yang terbentang merupakan ekspresi tuntutan dan aspirasi. Meskipun kadang-kadang melanggar keharusan berbahasa yang baik dan benar, sudah sah rasanya demonstrasi digulirkan dengan spanduk sebagai aksesoris utamanya.

Spanduk juga menjadi wadah pelampiasan kemarahan. Di sudut-sudut kota saya lihat spanduk-spanduk terpampang berbunyi, "JANGAN ANCAM AMIEN RAIS!" Kita tentu mahfum, bahwa kejadian ini merupakan buntut lakon gelut yang dimainkan Amien Rais dan Presiden SBY. Karena tidak tahu harus marah kepada siapa, ya sudah... pasang spanduk saja. Ehmm, mungkin suatu kali Anda sedang marahan dengan istri atau suami. Apakah terpikir dalam benak Anda untuk membentangkan spanduk di pagar depan rumah? Bunyinya bagaimana?

Yang lain menggunakan spanduk sebagai ajang promosi. Yang satu ini isinya lebih informatif, bahkan tak jarang ditambah dengan bualan-bualan semanis kembang gula untuk menarik peminat. Bagi para calon pemimpin yang narsis, spanduk dipakai sebagai tempat memampang foto dirinya dibumbui dengan janji-janji. Maaf, kalau yang ini sangat memuakkan! Geuleuh... Ndessso!

Sudahlah... wong mereka bikin spanduk juga ngga minta duit dari kita koq. Biarkan saja. Asal jangan mereka tidak mendikte kita untuk memasang spanduk di atas pohon. Selain karena tidak etis, ya... karena kita memang tidak bisa memanjat pohon. Lho?***