Wednesday, September 03, 2008

BATAS KERAMAH-TAMAHAN KRISTEN

“...janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.” (2 Yohanes 1:10-11)

Beberapa tahun belakangan marak terjadi kasus penculikan anak. Modus operandinya beragam. Dari yang menyamar sebagai pembantu rumah tangga, berpura-pura sebagai sosok yang baik dan menyayangi anak, hingga modus kekerasan. Tetapi ujung-ujungnya selalu untuk mencelakai si anak dan kemudian mendapatkan keuntungan materi dari orang tuanya dengan meminta tebusan sejumlah uang. Untuk menghadapi problem ini, orang tua pasti punya batas-batas keramahan terhadap orang-orang tak dikenal yang mendekati anaknya. Masalahnya bukan tidak punya kasih, tetapi kalau jiwa anak terancam pasti lain urusannya.

Sahabat, sejak sejarah gereja mula-mula penyesatan telah menjadi masalah yang pelik bagi para rasul. Penyesatan adalah bahaya terbesar bagi sebuah keyakinan iman dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Sepintas, kalau kita amati bacaan ayat di atas, Yohanes bisa terkesan kejam. Tidak bolehkah sekedar memberi salam? Asalkan tidak menerima ajarannya, bukankah tidak menjadi soal? Apalagi bagi kita orang Timur yang mengedepankan sopan santun dan keramah-tamahan; sulit rasanya untuk melaksanakan ayat di atas.

Dari sebuah buku yang saya baca, ada penjelasan menarik terhadap ayat di atas. Keramah-tamahan Kristen harus dihentikan jika bahaya penyesatan kemudian mengancam. Memberi salam dalam konteks Timur Tengah memang berbeda dengan bersalaman dalam budaya Indonesia. Memberi salam bisa berarti mempersilakan mereka masuk, menjamu mereka di meja makan dan membiarkan guru palsu itu mengajarkan ajarannya yang menyimpang. Itulah alasan mengapa memberi salam pun merupakan sebuah bagian dari perbuatannya yang jahat.
Tidak ada larangan untuk bergaul dengan orang yang sesat asal jangan kita menjadi terpengaruh. Kita tidak membenci orangnya, yang kita tolak dengan tegas adalah ajarannya. [JP]

No comments: