HIDUP YANG DINAMIS
Kolose 1:23 – Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengahrapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.
Dalam Paskah tahun ini saya berkesempatan menyampaikan firman Tuhan di sebuah persekutuan wanita di Jakarta. Saya diberkati oleh kesaksian Ibu Louisa Indrawati, wanita yang dicatat MURI sebagai wanita terpendek di Indonesia. Tinggi badannya tak lebih dari 70cm. Tetapi justru karena kekurangan fisiknya itu, mujizat Tuhan dinyatakan.
Ia memiliki suami, selayaknya wanita lain yang dikaruniai tubuh yang sempurna. Ajaibnya lagi, ia juga bisa memiliki keturunan, meski untuk hal itu perjuangan antara hidup dan mati harus ia lakoni.
Tahun lalu ketika saya mendengar kesaksiannya, ia masih berkisah tentang seputar pengalaman awalnya sesudah berjumpa Kristus secara pribadi. Juga tentang bagaimana ia menjalani hidupnya sebagai petobat baru. Tetapi setelah setahun berselang, ada lompatan-lompatan berarti yang ia lakukan.
Jauh di dasar hatinya ia mendengar suara Tuhan memanggilnya untuk membaktikan diri dalam ladang pelayanan. Sebuah panggilan yang awalnya ditolaknya, sebab ia sadar diri bahwa kelemahan fisiknya pasti akan menjadi penghambat utama. Sebuah penolakan yang wajar layaknya Musa atau Yeremia ketika mendapat panggilan senada. Ketiadaan kemampuan berbicara dan usia yang muda menjadi alasan.
Kalau Tuhan memanggil, Ia meneguhkan. Hal yang sama dialami Louisa. Berkali-kali peneguhan Tuhan Ia terima, dan ia tak bisa mengelak. Akhirnya ia memutuskan untuk menjawab ‘ya’. Dari perjumpaan hidup dengan Tuhan lalu menyerahkan hidup kepada Tuhan. Inilah sebuah kehidupan yang dinamis, yang saya harap menjadi ciri hidup kita semua. (JP)
No comments:
Post a Comment