INJAK KE BAWAH, SIKUT KE SAMPING, JILAT KE ATAS
“Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.” (Yakobus 4:14b)
Urip mung mampir ngombe (hidup ibarat mampir minum), begitu kata pepatah bijak Jawa. Tekanan utama yang ingin disampaikan di sini adalah untuk mengingatkan kepada manusia mengenai kesementaraan hidup di dunia. Sesungguhnya ada sebuah kehidupan lain yang akan dijalani dalam kekekalan.
Senada dengan itu, Donald Coggan (uskup Agung Canterbury) menyatakan, “Saya menjalani hidup ini sebagai seorang yang mengadakan perjalanan menuju kekekalan, seorang yang diciptakan menurut gambar Allah, tetapi gambar itu telah hilang kemuliaannya hingga saya perlu belajar cara bermeditasi, beribadah, dan berpikir.”
Orang yang tidak melihat kepada kekekalan cenderung untuk menghabiskan energi pada hal-hal yang sebenarnya bersifat sementara. Fokus hidup mereka adalah mengumpulkan kekayaan. Waktu banyak dihabiskan untuk mengejar kedudukan. Dan untuk mendapatkan itu semua, sebuah jurus dilakukan. Jurus itu adalah injak ke bawah, sikut ke samping dan jilat ke atas. Dengan cara yang culas orang berusaha mendapatkan apa yang diinginkannya, padahal hanya bersifat temporal. Orang tega menginjak orang di bawahnya, berani menyikut rekan-rekan sekerjanya dan hobi menjilat orang-orang di atasnya.
Sahabat, kita perlu mengingat kembali tentang betapa sementaranya hidup kita ini. Semuanya berlalu begitu cepat. Alangkah sayangnya kalau kita justru berfokus pada hal-hal kekinian yang tidak ada hubungannya dengan kekekalan sama sekali. Kata Rick Warren, sekarang ini kita baru berlatih menuju kekekalan. Karena itu manfaatkan sebaik mungkin waktu yang kita miliki untuk perkara-perkara abadi. [JP]
note: thanks to Ps. Gideon Rusli untuk inspirasi judulnya...
No comments:
Post a Comment