TOLERANSI YES, SINKRETISME NO!
“Demikianlah bagi orang Yahudi aku akan menjadi seperti orang yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi.” (1 Korintus 9:20)
Sebagai orang yang lahir dan dibesarkan di tengah masyarakat Jawa yang ‘Abangan’, sulit rasanya melepaskan diri dari tradisi-tradisi yang berkembang di lingkungan saya. Acapkali saya mengikuti tradisi-tradisi itu dan mulai menghubungkan dengan keyakinan Kristen yang saya pegang. Ada yang dengan tegas bisa ditolak, tetapi tak jarang juga yang harus bermain di wilayah abu-abu.
Salah satunya adalah kenduri. Kebiasaan membagi-bagikan makanan tertentu ini selalu terjadi setiap ada tetangga kampung punya hajatan. Entah itu pernikahan, sunatan, syukuran atau kematian. Biasanya kenduri menjadi penanda berakhirnya hajatan. Keluarga kami yang satu-satunya Kristen di kampung selalu diundang untuk hadir. Suatu kali saya mewakili orang tua saya yang berhalangan untuk mengikuti kenduri.
Sebelum makanan dibagikan untuk dibawa pulang oleh peserta kenduri, Pak Kaum (pemimpin doa) akan mempersembahkan makanan itu terlebih dahulu kepada para leluhur yang dipercaya di kampung kami. Sementara mereka berdoa demikian, saya menaikkan doa yang berbeda kepada Tuhan Yesus meskipun dalam hati. Saya berdoa, “Tuhan, sucikanlah makanan ini. Saya tidak mempersembahkan kepada siapapun, tetapi saya bersyukur karena makanan ini berasal dari padaMu.” Dan dengan damai sejahtera saya bisa menikmati makanan tanpa harus menyinggung perasaan orang yang memberikannya. Ada orang-orang yang ekstrim dengan membuang makanan itu, dan menurut saya ini kurang bijaksana.
Toleransi harus kita berikan kepada setiap penganut kepercayaan apapun. Sebagai orang Kristen kita harus bisa bergaul dan bermasyarakat dengan mereka. Yang tidak boleh terjadi adalah mencampur-adukkan (sinkretisme) keyakinan Kristen kita dengan keyakinan mereka. Toleransi Yes, Sinkretisme No! [JP]
No comments:
Post a Comment