Sunday, August 05, 2007

PECEL LELE

“Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, …” (Pengkhotbah 9:10)

Karena gemar dengan pecel lele, makanan khas Jawa Timur itu, saya kerap berkeliling di seantero kota untuk berwisata kuliner. Saya mencoba membandingkan masakan dan cara penyajian makanan yang murah meriah ini dari masing-masing warung tenda yang saya sambangi. Hasilnya? Tidak terlalu jauh berbeda menurut saya. Rasa dan cara menyajikannya pun terkesan begitu-begitu saja, hampir tidak ada variasi sama sekali.
Namun dari sekian banyak warung pecel lele yang pernah saya datangi, ada satu yang cukup berkesan. Sampai hari ini saya masih menjadi salah satu pelanggannya. Apa pasal? Jawabnya singkat: karena pelayanan terbaiknya. Penjual warung itu selalu menuruti permintaan setiap pembelinya, termasuk saya. Ada kalanya saya ingin sambel yang lebih pedas dari biasanya. Di waktu lain, saya ingin bumbu yang agak asin. Di warung itu saya selalu mendapatkan apa yang saya minta. Pokoknya 'mak nyuusus...' Sementara di warung yang lain, tak jarang omelan penjual yang saya terima. Pemilik warung itu tak pernah terlihat mengeluh karena keinginan saya. Yang selalu dia lakukan adalah melayani, melayani dan melayani. Itu saja. Barangkali ia memegang teguh prinsip dalam dunia dagang bahwa pembeli adalah raja. Tak heran kalau warung itu menjadi begitu laris.
Bagaimana dengan pelayanan kita, Sahabat? Godaan untuk melayani sekenanya memang sering muncul dan menggangu. “Ah, begini saja sudah cukup. Untuk gereja dan sesama yang biasa-biasa saja lah…” demikian kita sering bergumam dalam hati. Tak pelak banyak jemaat yang menjadi kecewa karena aksi tidak simpatik tersebut. Kita acap melayani setengah hati dan tanpa persiapan matang. Sudah waktunya kita memberi pelayanan terbaik di dalam gereja, agar setiap orang (terutama jiwa-jiwa baru) menjadi kerasan untuk beribadah di dalamnya. Kalau tukang pecel lele saja bisa, mengapa kita tidak? [JP]

No comments: