Sunday, August 05, 2007

MENJADI HAMBA SETIA

“Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu, hai hambaku yang baik dan setia;…” (Matius 25:21)

Tersebutlah seorang profesor di Jepang yang memiliki seekor anjing kesayangan. Hubungan pemilik dan hewan peliharaan itu sudah terjalin cukup lama. Profesor itu tinggal sendiri dan tak memiliki keluarga lagi. Hanya anjing itulah yang menjadi teman hidup mengisi hari tuanya.
Setiap hari, profesor itu tugas mengajar di kampus yang terletak di kota lain. Karena jarak yang cukup jauh, ia selalu menggunakan jasa angkutan kereta api. Pagi-pagi benar ia sudah berangkat dari rumahnya diantar anjingnya itu. Hingga sore hari ketika sang profesor pulang, anjing itu tak beranjak dari stasiun. Ia setia menunggu tuannya di sana. Begitulah kejadian itu selalu berulang setiap hari.
Hingga suatu hari, sang profesor mendapat serangan jantung mendadak ketika mengajar. Meski sudah dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong. Meninggallah profesor tua itu. Anehnya, anjing kesayangannya masih menunggunya di stasiun. Sampai berhari-hari, bahkan berbulan-bulan mondar-mandir di stasiun itu untuk menunggu kedatangan tuannya. Akhirnya, anjing itupun mati di stasiun. Tentu ini sebuah pelajaran berharga tentang kesetiaan bagi kita. Konon, di stasiun itu lalu dibangun patung anjing untuk mengingatkan harga kesetiaan kepada setiap pengunjungnya.
Kadang memang kita ‘diberi pelajaran’ oleh binatang. Salah satunya ketika berbicara mengenai kesetiaan. Anjing dalam kisah di atas tak mudah berpaling dan berubah setia. Ia setia meskipun sebenarnya harapan untuk bertemu tuannya sudah tidak ada lagi. Bagaimana kadar kesetiaan kita sebagai hamba kepada Tuhan, Sang Pemilik hidup? [JP]

No comments: