KEDISIPLINAN BUNG HATTA
“Inilah yang kami megahkan,… bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan dengan kamu, diwarnai ketulusan dan kemurnian dari Allah…” (2 Korintus 1:12)
Bung Hatta, proklamator kemerdekaan RI, dikenal sebagai negarawan dan pendiri bangsa yang yang berwatak jujur dan disiplin. Ialah yang pertama-tama memperkenalkan koperasi kepada masyarakat, sehingga ia dijuluki Bapak Koperasi Indonesia. Menurutnya sebuah perkumpulan akan berjalan lancar jika ada iuran anggotanya. Selanjutnya, sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan luar hanya mungkin lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin itulah yang menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta. Konon, Hatta rela tak membeli sepatu baru demi kelancaran membayar iuran lembaga yang dirintisnya.
Kedisiplinan amat berkaitan dengan konsistensi. Orang yang disiplin adalah orang yang konsisten terhadap apa yang telah disepakati bersama. Ia memegang teguh setiap aturan, meskipun tidak selalu harus berarti kaku (sakleg). Apalagi kalau sudah berbicara tentang aturan yang ditetapkan Tuhan.
Harus diakui bahwa kita hidup dan tinggal di tengah-tengah masyarakat yang tingkat kedisiplinannya sangat rendah. Ketidakdisiplinan itu telah membudaya. Inilah yang kemudian semakin memperparah keadaan. Kalau kita mengambil pilihan untuk mendisiplin diri, malah menjadi bahwan tertawaan. Aneh rasanya kalau tak melanggar lampu lalu-lintas. Aneh rasanya menyeberang di zebra cross atau jembatan penyeberangan. Dan sekian lagi keanehan-keanehan yang lain…
Adalah sebuah masalah besar jika ‘budaya’ itu kita bawa-bawa ke dalam ladang pelayanan. Alih-alih memperbaiki keadaan, kita malah akan mengulang dan menyebarluaskan kejelekan itu dalam pelayanan. Bukankah seharusnya sebaliknya Sahabat? Di tengah dunia yang benkok ini, kedisiplinan Bung Hatta layak kita teladani. [JP]
“Inilah yang kami megahkan,… bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan dengan kamu, diwarnai ketulusan dan kemurnian dari Allah…” (2 Korintus 1:12)
Bung Hatta, proklamator kemerdekaan RI, dikenal sebagai negarawan dan pendiri bangsa yang yang berwatak jujur dan disiplin. Ialah yang pertama-tama memperkenalkan koperasi kepada masyarakat, sehingga ia dijuluki Bapak Koperasi Indonesia. Menurutnya sebuah perkumpulan akan berjalan lancar jika ada iuran anggotanya. Selanjutnya, sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan luar hanya mungkin lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin itulah yang menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta. Konon, Hatta rela tak membeli sepatu baru demi kelancaran membayar iuran lembaga yang dirintisnya.
Kedisiplinan amat berkaitan dengan konsistensi. Orang yang disiplin adalah orang yang konsisten terhadap apa yang telah disepakati bersama. Ia memegang teguh setiap aturan, meskipun tidak selalu harus berarti kaku (sakleg). Apalagi kalau sudah berbicara tentang aturan yang ditetapkan Tuhan.
Harus diakui bahwa kita hidup dan tinggal di tengah-tengah masyarakat yang tingkat kedisiplinannya sangat rendah. Ketidakdisiplinan itu telah membudaya. Inilah yang kemudian semakin memperparah keadaan. Kalau kita mengambil pilihan untuk mendisiplin diri, malah menjadi bahwan tertawaan. Aneh rasanya kalau tak melanggar lampu lalu-lintas. Aneh rasanya menyeberang di zebra cross atau jembatan penyeberangan. Dan sekian lagi keanehan-keanehan yang lain…
Adalah sebuah masalah besar jika ‘budaya’ itu kita bawa-bawa ke dalam ladang pelayanan. Alih-alih memperbaiki keadaan, kita malah akan mengulang dan menyebarluaskan kejelekan itu dalam pelayanan. Bukankah seharusnya sebaliknya Sahabat? Di tengah dunia yang benkok ini, kedisiplinan Bung Hatta layak kita teladani. [JP]
No comments:
Post a Comment