Wednesday, March 12, 2008

BUNG LEO

Pada medio 1995 aku pertama kali bertemu dengan Leonardo Pattipeilohy. Waktu itu pada acara P3K Awam yang diselenggarakan kampus di Kaliurang. Kebetulan aku jadi salah satu panitia dan Leo adalah salah seorang pesertanya. Beberapa bulan kemudian Leo 'nyantrik' sekampus denganku. Jadilah dia adik tingkatku.

Kesan pertama tentang Leo... Ah, suer... aku lupa. Hanya sepeda onthel, tas punggung dan topi Om Pasikom yang membekas. Selebihnya gelap, sama seperti warna kulit Nyong Ambon yang fasih berbahasa jawa itu. Pertemananku dengan Leo menjadi lebih intens ketika musim demo tiba. Kami sering mondar-mandir Bundaran UGM dan Gejayan yang waktu itu menjadi pusat demonstrasi mahasiswa Jogja.

Kini Leo bermukim di negeri seribu pura dan mengabdikan diri bagi Injil di sana. Sampai hari ini, kebiasaan nyentriknya belum hilang. Salah satu hal yang selalu dilakukannya adalah membawakanku oleh-oleh yang lain dari biasanya. Sebuah mug Bali berbentuk ...tiitttt... (sensor), lalu kacang Bali, kopi dan pasta gigi dari Korea.

Leo, terima kasih untuk waktu yang telah kita lalui bersama...

No comments: