TIDAK PERLU GENGSI
“Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya” (Galatia 5:24)
Tergiur iklan yang dilancarkan produsen Jepang, orang Eskimo terpikat untuk membeli lemari es. Awalnya mereka menertawakan orang Jepang, “anda jualan lemari es, kami gudang esnya.” Orang Jepang menjawab, “Anda mau disebut sebagai bangsa yang maju dan beradab? Salah satu ciri bangsa yang maju dan beradab adalah memiliki lemari es di rumahnya.” Karena tersinggung, akhirnya orang Eskimo memborong produk lemari es buatan Jepang. Pertanyaannya, untuk apakah orang Eskimo membeli lemari es? Untuk menyimpan sandal dan sepatu!
Demikianlah orang Eskimo itu membeli kulkas, bukan karena kebutuhan, tetapi karena gengsi. Mereka terhina disebut bangsa yang terbelakang jika tidak memiliki lemari es. Kitapun kadang-kadang melakukan hal yang sama, meskipun dalam konteks yang berbeda. Demi memenuhi tuntutan gengsi, tak jarang kita mengorbankan nilai-nilai kebenaran.
Melihat tetangga membeli barang baru, nafsu tak mau disaingi kita muncul ke permukaan. Kita langsung berkata, “Memangnya dia saja yang bisa membeli barang itu? Aku juga bisa membeli dan memiliki barang yang lebih baik.” Segala upaya, termasuk berhutang, lalu kita kerahkan. Bukannya bahagia, akhirnya kita malah terjebak hutang.
Mari kita kembangkan kebiasaan mengucap syukur untuk apa saja yang Tuhan percayakan kepada kita. Kalau memang batas kemampuan kita hanya segitu, tak perlu gengsi. Lebih baik hidup sederhana tetapi menikmati, daripada hidup mewah tetapi dikejar perasaan bersalah. [from: RA]
No comments:
Post a Comment