KETULUSAN SEBUAH DOA
“Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” (Yakobus 4:3)
Alkisah, seorang anak kecil sedang bermain di pinggiran hutan. Ia tak sadar kalau seekor singga lapar sedang mendekatinya. Begitu singa itu mendekat, tidak ada hal lain yang ia lakukan kecuali berdoa. Dan doanyapun keliru. Ia hanya hafal satu-satunya doa yang diajarkan guru Sekolah Minggunya. Ya, seuntai doa anak kecil sebelum makan. Iapun berseru kepada Tuhan dalam doa di tengah bahaya yang mengancamnya. “Tuhan Yesus, terima kasih untuk berkat-Mu ini. Haleluya, Amin!” serunya. Sejurus kemudian, si singa pergi menjauh. Sungguh ajaib. Bahkan doa yang salah dinaikkan pun bisa mendatangkan mukjizat. Tentu saja Tuhan mengetahui ketulusan dan kepolosan anak itu.
Tidak jarang kita menaikkan doa yang ‘politis’ sifatnya. Kalau kita sedang berdoa di depan orang yang kita hormati, tiba-tiba saja doa kita menjadi puitis. Kita selipkan juga di dalam doa itu, kalimat-kalimat yang sedikit menyanjung-puji. Sayangnya bukan Tuhan yang dipuji, tetapi orang yang kita hormati itu.
Doa yang benar, diarahkan kepada tujuan yang benar. Doa yang berkuasa adalah doa yang disertai dengan ketulusan. Dijauhkanlah kiranya doa-doa kita dari hanya sebatas ucapan bibir semata. Biarlah doa kita lahir dari sebuah ketulusan. [JP]
No comments:
Post a Comment