TAK KENAL MENYERAH
“…aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah…” (Filipi 3:13-14)
Philipus Raturuhit adalah seorang guru honorer di Manokwari Papua. Ia telah mengabdikan dirinya selama 15 tahun. Rasa cintanya kepada dunia pendidikan telah membuatnya betah mengabdi di pedalaman Papua meski hanya Rp. 250.000,- honor tiap bulannya. Dengan honor itu, ia harus mencukupi kebutuhan pribadinya setiap bulan.
“Uang itu tidak cukup. Untung sejak masuk di sini saya tanam pisang dan membuka ladang yang tidak terlalu luas untuk menanam sayur dan umbi-umbian. Masyarakat di sini menerima saya seperti saudara sendiri, sehingga saya betah. Kalau tidak betah pun tidak ada pilihan lain. Sekali datang ke sini, sulit sekali ke luar,” ujarnya kepada wartawan. Kasih sayang kepada anak didiknya membuat Philip tetap bertahan dan tak menyerah dalam keadaan serba kekurangan itu.
Dunia pelayanan di ladang Tuhan sangat membutuhkan orang-orang seperti Philip. Pribadi yang tangguh menghadapi tantangan dan terus maju meski banyak rintangan. Ia berfokus kepada masa depan anak-anak didiknya.
Pelayanan yang dipercayakan kepada kita membutuhkan orang-orang dengan tanggung jawab besar. Pekerjaan ini sungguh mulia untuk ditukar atau dihargai dengan uang. Adalah anugrah kalau kita yang tidak ada apa-apanya ini terlibat di dalam pekerjaan Tuhan. Jangan menyerah dan berhenti di tengah jalan. Bukankah begitu? [JP]
“…aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah…” (Filipi 3:13-14)
Philipus Raturuhit adalah seorang guru honorer di Manokwari Papua. Ia telah mengabdikan dirinya selama 15 tahun. Rasa cintanya kepada dunia pendidikan telah membuatnya betah mengabdi di pedalaman Papua meski hanya Rp. 250.000,- honor tiap bulannya. Dengan honor itu, ia harus mencukupi kebutuhan pribadinya setiap bulan.
“Uang itu tidak cukup. Untung sejak masuk di sini saya tanam pisang dan membuka ladang yang tidak terlalu luas untuk menanam sayur dan umbi-umbian. Masyarakat di sini menerima saya seperti saudara sendiri, sehingga saya betah. Kalau tidak betah pun tidak ada pilihan lain. Sekali datang ke sini, sulit sekali ke luar,” ujarnya kepada wartawan. Kasih sayang kepada anak didiknya membuat Philip tetap bertahan dan tak menyerah dalam keadaan serba kekurangan itu.
Dunia pelayanan di ladang Tuhan sangat membutuhkan orang-orang seperti Philip. Pribadi yang tangguh menghadapi tantangan dan terus maju meski banyak rintangan. Ia berfokus kepada masa depan anak-anak didiknya.
Pelayanan yang dipercayakan kepada kita membutuhkan orang-orang dengan tanggung jawab besar. Pekerjaan ini sungguh mulia untuk ditukar atau dihargai dengan uang. Adalah anugrah kalau kita yang tidak ada apa-apanya ini terlibat di dalam pekerjaan Tuhan. Jangan menyerah dan berhenti di tengah jalan. Bukankah begitu? [JP]
No comments:
Post a Comment