Bill Britton mencatat tentang 10 kesanggupan Kristus berkaitan erat dengan karakter Kristus. Salah satu diantaranya adalah kesanggupan untuk menjadi miskin tanpa mengeluh. Kemiskinan, sebagaimana dipaparkan Bill, bukanlah sebuah dosa dan juga bukan hal yang terlalu luar biasa. Kemiskinan juga bukan sebuah bukti kurangnya iman seperti banyak dikatakan orang. Yang paling penting adalah bagaimana berjalan dalam kemenangan meskipun sedang mengalami kemiskinan.
Dari segi posisi, Yesus Kristus jelas memiliki segala-galanya. Ia “memiliki kesetaraan dengan Allah” seperti dicatat Paulus dalam Filipi 2. Tetapi alih-alih mempertahankannya, Yesus lebih mentaati Bapa-Nya dan mengambil rupa seorang manusia yang miskin pula. Tetapi Ia tak pernah mengeluh akan apa yang Ia sudah putuskan sesuai kehendak Bapa-Nya.
Saya jadi ingat niat Presiden SBY untuk menyamar menjadi rakyat biasa agar bisa menumpas pungli yang masih saja terjadi di departemen perhubungan. Ia ingin mengenakan kacamata hitam dan kumis palsu, lalu menumpang sebuah truk yang sering terkenan pungli di berbagai tempat. Malah, SBY ingin naik truk itu dari Surabaya hingga Jakarta. Niat ini sungguh mulia, tetapi apa daya hanya berhenti pada batas wacana. Kalaupun itu jadi dilakukan SBY, ia hanya merasakan sejenak jadi orang miskin.
Tentu berbeda dengan apa yang dilakukan Yesus. Ia tidak gemar berwacana, sebaliknya Ia lebih suka berkarya nyata. Ia rela meninggalkan kemuliaan-Nya untuk menjadi miskin tanpa mengeluh demi keselamatan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Ia mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan orang banyak. Dicari: orang yang mau meneladani Kristus dalam hal ini! Andakah orangnya? [JP]