PENGORBANAN DAVID LIVINGSTONE
“Ada suatu permintaan lagi kepadamu, saudara-saudara. Kamu tahu, bahwa Stefanus dan keluarganya adalah orang-orang yang pertama-tama bertobat di Akhaya, dan bahwa mereka telah mengabdikan diri kepada pelayanan orang-orang kudus.” (I Korintus 16:15)
Tidak setiap kita dapat mencapai kondisi ideal seperti yang kita idam-idamkan. Salah satu kerinduan kita sebagai sebuah keluarga, saya rasa, adalah ketika seluruh isi rumah kita terlibat dalam pekerjaan Tuhan. Impian inilah yang ada di benak David Livingstone ketika pergi meninggalkan negerinya untuk menjadi utusan Injil di benua hitam Afrika.
Ia membawa serta seluruh keluarganya untuk melayani di Afrika, tetapi sempat memulangkannya istri dan ketiga anaknya ke Inggris setelah salah seorang anaknya meninggal karena ganasnya medan pelayanan di sana. Langkah Livingstone tak surut. Marry, istrinya, kembali ke Afrika untuk mendukung pelayanan suaminya setelah ketiga anak-anaknya besar. Tetapi kali ini istrinya itu yang terserang demam Afrika yang mematikan. Ia berusaha menolong tetapi kondisi kesehatan istrinya melemah dan memburuk. Istri yang dikasihinya itu pun mengembuskan nafas terakhir. Livingstone mengubur istrinya di bawah sebuah pohon.
Dalam ratapan di buku hariannya, ia menulis: “Yesusku, Rajaku, Hidupku, Segala-galanya bagiku, sekali lagi aku mengabdikan hidupku untukMu! Aku tidak menganggap bernilai segala sesuatu yang kumiliki ataupun segala sesuatu yang dapat kulakukan, kecuali dalam kaitan dengan Kerajaan Kristus!” Saya terhenyak kala membaca kalimat itu. Betapa Livingstone adalah orang yang mengasihi keluarga yang diberikan Kristus, tetapi ia lebih mengasihi Kristus Tuhannya. Ia tidak mundur dari panggilannya meskipun ditinggalkan orang-orang terkasih. Ini adalah bagian dari pelayanan yang harus dilaluinya. Ketika berpidato di Universitas Glasgow, ia berkata mantap: “Satu hal yang menopang saya di tengah-tengah semua kerja keras, penderitaan dan kesepian ini adalah sebuah janji dari seorang pria yang paling luhur yang berbunyi KETAHUILAH, AKU MENYERATI KAMU SAMPAI AKHIR ZAMAN!” [JP]
No comments:
Post a Comment