“Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapanya....” (Maleakhi 4:6)
Salah satu problem yang terjadi dalam kehidupan keluarga sepanjang tahun dan memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam kehidupan jemaat, pekerjaan, pergaulan dan masyarakat adalah masalah “Fatherlessness”. Maksud dari situasi “Fatherlessness” dalam kehidupan keluarga adalah generasi anak-anak yang tumbuh tanpa pernah memperoleh figur seorang ayah sebagaimana seharusnya. Anak-anak tersebut tidak pernah merasakan pengaruh, hubungan dan peran seorang ayah yang positif dan yang dapat dijadikan model sebagai landasan bagi pembentukan karakter atau kepribadian anak.
“Fatherlessness” pada prinsipnya dialami oleh anak-anak dalam suatu keluarga yang tidak merasakan kehadiran, hubungan atau relasi dan peran nyata dari seorang ayah. Penyebab utama dari situasi “tanpa ayah” adalah karena: pertama, anak-anak yang telah menjadi yatim sejak kecil karena ayah mereka meninggal. Kedua, perceraian, sehingga ayah dan ibu mereka tidak lagi hidup bersama dalam sebuah keluarga. Ketiga, kesibukan pekerjaan sehingga seorang ayah tidak dapat memberi waktu, perhatian dan kasih sayang yang cukup kepada anak-anak atau anggota keluarganya.
Situasi “tanpa ayah” (“Fatherlessness”) dari hasil survey “Gallup Poll” dari The National Center for Fathering di Amerika terakhir ternyata cukup mengejutkan yaitu mencapai 79%. Jadi keadaan “Fatherlessness” secara faktual terjadi, dan bukan sekedar suatu dugaan belaka.
Sahabat, absennya seorang ayah ternyata sangat berpengaruh fital terhadap pertumbuhan anak. Tetapi kita bersyukur kepada Allah, karena Ia adalah pribadi yang selalu hadir sebagai Bapa sejati. Kembali temukan kasihNya agar kita bertumbuh di dalam Dia. [JP]
No comments:
Post a Comment