TOTALITAS
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23)
Masih ingat Mbah Maridjan? Pada periode Mei – Juni tahun 2006 lalu, namanya menghiasi berbagai media, cetak maupun elektronik. Kakek renta ini menjadi pesohor karena aktifitasnya menjaga Gunung Merapi di Cangkringan, Jogja. Amuk Merapi yang memuntahkan awan panas tak menyurutkan langkahnya untuk tetap menjaga gunung api teraktif di dunia itu.
Tentu saja pilihannya itu mengundang bahaya. Awan panas yang suhunya ratusan derajat celcius itu bisa kapan saja melumat tubuhnya. Setidaknya dua orang anggota tim SAR tewas dihajar awan panas dalam krisis Merapi tahun lalu. Tubuh dua relawan itu gosong terpanggang awan panas saat terjebak di dalam bunker. Tetapi Mbah Maridjan adalah potret seseorang yang setia terhadap panggilan hidupnya. Sejak ditugasi sebagai kuncen (juru kunci) Merapi oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, ia telah memilih pengabdian sebagai jalan hidupnya. Ia sama sekali tak berniat untuk meninggalkan tanggung jawabnya itu.
Ketika semua orang diperintahkan ‘turun’ untuk mengungsi karena Merapi memuntahkan Wedhus Gembel, Mbah Maridjan justru memilih untuk ‘naik’ mengamat-amati Merapi. Bahkan bujukan dengan dalih bertemu Presiden SBY pun ia abaikan. Pilihan yang aneh, bahkan konyol bagi sebagian orang. “Kalau saya ikut-ikutan turun, saya diketawain anak-anak kecil. Wong saya sudah ditugasi oleh Ngarso Dalem (Sri Sultan) untuk menjaga Merapi, jadi saya harus laksanakan tugas itu sebaik-baiknya,” papar bintang iklan minuman berenergi ini kepada wartawan.
Demikianlah Mbah Maridjan yang membaktikan dirinya secara total untuk panggilan hidupnya. Dalam ranah pembaktian hidup kita kepada Yesus Kristus, apakah kita melakukan totalitas yang sama? Bukankah Dia adalah Tuhan di atas segala tuan yang layak menerima persembahan terbaik? [JP]
No comments:
Post a Comment