MEMUPUS PESTA PORA & KEMABUKAN
Perbuatan daging telah nyata, yaitu: … kemabukan, pesta pora dan sebagainya. (Galatia 5:19-21)
Salah satu ciri masyarakat modern adalah menganut filsafat hedonisme. Tujuan kehidupan adalah untuk bersenang-senang dan mendapatkan kepuasan sebanyak-banyaknya, merupakan inti ajaran hedonisme.
Menurut cerita seorang teman, di daerah tertentu yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, kisah tentang pesta pora dan kemabukan masih sering dijumpai. Hal tersebut terjadi karena begitu mudah mendapatkan minuman beralkohol di daerah itu. Ironisnya, hal itu terjadi saat merayakan Natal dan Tahun Baru. Mereka melewatkan malam Natal dan Tahun Baru dengan meminum minuman keras dan berpesta pora. Tak jarang, pagi-pagi mereka yang mabuk ditemukan bergelimpangan di pinggir jalan. Semangat Natal untuk berbagi malah diganti dengan perilaku menyimpang yang bermaksud memuaskan diri sendiri. Seniman Jadug Ferianto menyebutnya sebagai pengkhianatan terhadap Natal. Itulah faktanya.
Barangkali pesta pora dan kemabukan berusia hampir sama dengan keberadaan manusia itu sendiri. Ini masalah yang sudah tua sekali tetapi selalu mengambil bentuk baru mengiringi zaman. Masalah ini tidak bisa dihadapi hanya dengan kekuatan dan strategi sendiri. Kekuatan sendiri hanya akan membenamkan manusia ke titik yang lebih rendah lagi.
Tuhan memang memberi kita karunia untuk menikmati apa yang sudah Dia beri. Tetapi tujuan akhir hidup kita bukan hanya untuk menikmati. Agar tak terjebak dalam hedonisme, ada baiknya kita mengingat bahwa kita hidup untuk menyenangkan dan memuaskan Kristus, Pemilik hidup kita. Apa yang kita lakukan bukan untuk kesenangan pribadi, tetapi untuk menyenangkan hatiNya. Dengan begitu kita bisa memupus mata rantai pesta pora dan kemabukan. [JP]
No comments:
Post a Comment