Sunday, March 19, 2006

RAIH SUKSES SETELAH GAGAL

Krisis dan kegagalan dalam kehidupan akan menghasilkan 2 hal: pahlawan atau pecundang. Sejarah yang terus berputar menghasilkan krisis demi krisis yang harus dilewati tiap-tiap generasi. Ketika Indonesia diterpa krisis pada awal berdirinya, ia melahirkan tokoh-tokoh besar seperti Soekarno, Hatta dan Sjahrir.

Tetapi Alkitab memberi catatan yang lain. Selain melahirkan tokoh, ternyata krisis juga memperkenalkan para pecundang. Adalah Yudas Iskariot, salah seorang murid Tuhan yang pada akhirnya mati mengenaskan dengan gantung diri. Akhir masa pelayanan Yesus yang penuh dengan pengalaman-pengalaman getir, telah membawa Yudas Iskariot menjadi seorang pengkhianat.

Tak seorang pun ingin menambahkan kata “kekalahan” dalam kamus hidupnya. Sebisa mungkin kosakata itu dihapuskan. Pengalaman kekalahan adalah pengalaman yang selalu dihindari. Sebaliknya setiap orang ingin keluar sebagai pemenang pada setiap pertandingan yang dihadapinya. Tapi nyatanya, pengalaman kegagalan itu sering membawa kita ke dalam krisis hidup yang tak terhindarkan. Bagaimana kiat untuk keluar sebagai pemenang setelah kita gagal?

Bersikap Positif Terhadap Kegagalan
Perspektif yang benar terhadap kegagalan akan menentukan bisa tidaknya kita keluar dari dalamnya. Bagi sebagian orang, gagal adalah ‘hantu’ yang menakutkan dan sering membuat trauma sepanjang hidup. Energi untuk bangkit dari kekalahan itu juga tiba-tiba tak kunjung muncul. Trauma itu akhirnya melahirkan mimpi buruk yang terus menerus mengahdirkan teror.

Kegagalan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Cobalah melihatnya dari sisi yang berbeda dari sisi biasanya kita melihat. Kegagalan justru bisa menjadi pemicu bagi kita untuk berbuat sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Kegagalan adalah penggalan dari peristiwa hidup yang justru menorehkan banyak makna untuk membangun strategi-strategi yang baru, asal saja kita punya sikap yang benar terhadapnya. Jadi, kegagalan bisa bermakna positif atau negatif. Semuanya bergantung pada bagaimana kita memandangnya.

Mencari Sumber Kegagalan
Langkah utama seorang dokter sebelum mencoba menyembuhkan penyakit adalah mendiagnosanya. Setelah berhasil menemukan bagian-bagian yang sakit, penanganan yang tepat dan obat-obat yang sesuai mulai disiapkan. Secara umum ada dua faktor utama penyebab kegagalan, internal dan eksternal. Kita bisa menemukannya dengan introspeksi dan observasi. Coba renungi bagian manakah yang paling banyak menyumbangkan kegagalan bagi kita. Dua langkah itu akan meminimalisir kebiasaan kita untuk mencari ‘kambing hitam’ atas setiap kegagalan kita.

Kegagalan bisa datang karena kita ceroboh atau kurang teliti dalam melakukan sesuatu. Mungkin juga karena kita tidak punya semangat juang dan motivasi atau bahkan kita tidak pernah meminta petunjuk Tuhan sebelum melakukannya. Jika faktor internal ini yang menjadi penyebab, kesediaan kita untuk mengoreksi diri dituntut di sini.

Bisa jadi juga penyebab kegagalan kita adalah karena minimnya dukungan dari orang-orang terdekat kita. Atau mungkin karena persaingan yang ekstra ketat padahal kita tidak memiliki cukup fasilitas untuk itu. Inilah faktor-faktor eksternal. Tetapi ini bukan akhir segala-galanya. Ketika kita menyadari faktor-faktor itu, masih ada kesempatan untuk membangun kembali hubungan agar ada teman-teman memberi dukungan semangat bagi kita.

Tak perlu terburu nafsu untuk menyelesaikan kendala-kendala itu sekaligus. Ada baiknya jika kita menyelesaikannya secara bertahap tapi pasti. Pada akhirnya, kemampuan kita untuk menyusun prioritas menjadi urgent dalam hal ini.

Gali Potensi Diri
Celakalah orang yang tidak mengenal kemampuannya sendiri! Kalimat ini mungkin terlalu profokatif, tetapi demikianlah adanya. Jika seseorang tidak mengerti kemampuan dirinya, ia tidak akan bisa melakukan sesuatu dengan tepat dan optimal. Dalam sebuah orkestra, seorang pianis tidak akan memaksakan diri untuk menjadi penabuh drum bukan? Mungkin kita perlu mencatat potensi apa saja yang kita miliki, yang sudah nampak maupun yang masih tersembunyi. Dari sana kita melanjutkan langkah dengan mengerjakan sesuatu semaksimal mungkin.

Tangkap Peluang dan Lakukan Sesuatu
Berdiam dan mengutuki nasib tak akan mengubah keadaan. Kejelian kita menangkap sebuah kesempatan lebih mendesak untuk dipenuhi. Kesempatanpun tak datang begitu saja tanpa kita mencarinya. Begitu kita mendapatkannya, tangkap dan gunakanlah sebaik-baiknya. Gunakanlah kesempatan itu seakan-akan itu peluang terakhir bagi kita, dan jika kita tidak melakukannya, semuanya akan berlalu.

Selesai? Tidak semudah itu. Last but not least, nasihat-nasihat Alkitab berikut layak dicermati dan dijadikan pegangan:
“Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh daripada TUHAN!” (Yeremia 17:5).
“Bagi Dialah, yang dapat melakukan lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita” (Efesus 3:20).

Mari keluar dari krisis yang membawa kepada kegagalan, balikkan keadaan itu menjadi peluang bagi kita keluar sebagai pemenang.

1 comment:

chien~ said...

halo mas joko...bagus loh tulisannya...terus berkarya buat Tuhan yah...kali2 liat blog ku yah... wwww.aboutmeandmywritings.blogspot.com

GBU

ika(SWAT)