Renungan
TANGAN ALLAH
Duduk mengamati Mbak Par membatik, membekaskan kenangan tersendiri bagiku. Sesudah meniup canthing, tangannya meliuk-liuk mengikuti pola yang telah disiapkannya. Berhati-hati sekali dan dengan ketelitian yang tinggi. Sesekali ia terdiam sambil ‘ngeluk boyok’. Mengamati kalau-kalau ada yang kurang sempurna pada pekerjaan tangannya. Setelah pegel-pegel bisa diatasi, ia melanjutkan lagi membatik.
Aku mulai menerawang. Jauh menembus kain sutra yang sedang ditorehi Mbak Par dengan cairan malam. Membayangkan bagaimana ALLAH menjadikanku. TanganNya yang sangat terampil mulai merealisasikan konsepNya yang Mahasempurna. Apakah Ia juga perlu berhenti sebentar untuk memikirkan bagian mana yang kurang? Entahlah…
Seperti kata Denmas Marto, kita ini diciptakan dalam sebuah tarian Ilahi. Sebagai ciptaan, kita ini makhluk yang muncul sebagai hasil citarasa seni Sang Khalik. Tangan ALLAH yang terampil itu telah menciptakan kita.
Lho, tapi kulitku koq hitam begini? Bibirku juga seperti terlalu tebal dan kurang proporsional. Gigi-gigiku tak teratur rapi. Berat dan tinggi badan tidak ideal. Orang-orang sering memanggilku ‘genter’ karena tinggi kurusku. Apa ini yang disebut sempurna itu? Bernilai seni tinggi? Segambar dan serupa denganNya?
Ya. ALLAH memandangnya begitu. Kita sempurna di pemandanganNya. Nilai dan citra diri kita tidak bergantung pada apa kata orang. Bukan pada kondisi fisik kita. Tetapi pada apa kata ALLAH, yang membentuk kita.
Duduk mengamati Mbak Par membatik, membekaskan kenangan tersendiri bagiku. Sesudah meniup canthing, tangannya meliuk-liuk mengikuti pola yang telah disiapkannya. Berhati-hati sekali dan dengan ketelitian yang tinggi. Sesekali ia terdiam sambil ‘ngeluk boyok’. Mengamati kalau-kalau ada yang kurang sempurna pada pekerjaan tangannya. Setelah pegel-pegel bisa diatasi, ia melanjutkan lagi membatik.
Aku mulai menerawang. Jauh menembus kain sutra yang sedang ditorehi Mbak Par dengan cairan malam. Membayangkan bagaimana ALLAH menjadikanku. TanganNya yang sangat terampil mulai merealisasikan konsepNya yang Mahasempurna. Apakah Ia juga perlu berhenti sebentar untuk memikirkan bagian mana yang kurang? Entahlah…
Seperti kata Denmas Marto, kita ini diciptakan dalam sebuah tarian Ilahi. Sebagai ciptaan, kita ini makhluk yang muncul sebagai hasil citarasa seni Sang Khalik. Tangan ALLAH yang terampil itu telah menciptakan kita.
Lho, tapi kulitku koq hitam begini? Bibirku juga seperti terlalu tebal dan kurang proporsional. Gigi-gigiku tak teratur rapi. Berat dan tinggi badan tidak ideal. Orang-orang sering memanggilku ‘genter’ karena tinggi kurusku. Apa ini yang disebut sempurna itu? Bernilai seni tinggi? Segambar dan serupa denganNya?
Ya. ALLAH memandangnya begitu. Kita sempurna di pemandanganNya. Nilai dan citra diri kita tidak bergantung pada apa kata orang. Bukan pada kondisi fisik kita. Tetapi pada apa kata ALLAH, yang membentuk kita.
No comments:
Post a Comment