Friday, July 15, 2011

RUMAH KITA

Lebih baik di sini, rumah kita sendiri... Segala nikmat dan anugerah Yang Kuasa, semuanya ada di sini. Rumah kita... (Rumah Kita – God Bless). 

Kelompok musik cadas God Bless, menggambarkan tentang kesederhanaan sebuah rumah tangga melalui Rumah Kita, yang syairnya saya penggal di atas. Ahmad Albar dkk mungkin sedang ingin melancarkan kritik terhadap rumah megah tetapi kosong kasih sayang. Dan itulah yang acap tersaji dalam tabung televisi kita hari-hari ini. Sinetron dengan setting orang kaya, rumah bagus dan segala intrik yang terjadi di dalamnya.

Tayangan yang menghadirkan kebersahajaan dan keharmonisan sebuah keluarga rasanya jarang, untuk tidak mengatakan tidak ada sama sekali, muncul di ruang tonton kita. Apakah itu memang mewakili keadaan sesungguhnya di dunia nyata? Entahlah...

Baru-baru ini ada sebuah riset yang menyatakan bahwa kemudahan dan perkembangan internet dianggap mengorbankan keharmonisan keluarga. Waktu kebersamaan dinilai semakin sedikit lantaran banyak anggota keluarga yang lebih memilih untuk berinternet ria ketimbang bercengkerama dengan keluarga. Penelitian itu dilakukan oleh Michael Gilbert, peneliti senior Center for the Digital Future dari University of Annenberg School for Communication.

Lebih lanjut Gilbert mengatakan bahwa waktu bagi anggota keluarga untuk bercengkerama secara face to face semakin terkikis. Sebab, setelah seharian dijejali oleh kesibukan kantor dan berbagai aktivitas lainnya, setelah pulang ke rumah pun hal yang mereka lakukan adalah eksis di dunia maya. Waktu dihabiskan di depan layar komputer. Penelitian ini bukan yang pertama kali. Beberapa riset sebelumnya telah mengungkap sisi negatif internet yang mengubah jutaan perilaku penggunanya. 

“Internet berbeda dengan televisi. Internet lebih menonjolkan layanan perorangan dan membuat ketergantungan. Faktor utama ‘keberhasilan’ internet adalah interaktif. Anda hanya tinggal duduk dan memberikan respon,” jelas Gilbert. Center Digital Future Project sendiri telah melakukan survei kepada sekitar 2.000 keluarga di AS. Ketika tahun 2005, hasil survei menyimpulkan bahwa rata-rata setiap keluarga menghabiskan waktu kebersamaan mereka adalah sekitar 26 jam sebulan. Namun, waktu kebersamaan keluarga tersebut pada 2008 langsung turun drastis menjadi hanya 18 jam per bulan. “Situs jaringan sosial seperti Twitter dan Facebook meledak pada 2007. Pada saat itu, lebih dari setengah orang yang online mengatakan bahwa komunitas online seperti ini sangat penting bagi kehidupan offline mereka,” tuturnya.

Rasanya tidak berlebihan jika mengatakan bahwa si jahat memang punya kepentingan dalam kehancuran keluarga. Iblis tahu persis bahwa keluarga adalah satuan komunitas terkecil yang amat menyokong komunitas lain yang lebih besar yaitu masyarakat dan bangsa. Logikanya, kalau yang kecil dihancurkan terlebih dahulu, secara otomatis kehancuran komunitas yang lebih besar tinggal menunggu waktu. Alat untuk mencapai tujuannya itu adalah: media!  

Karena itu kita perlu menaruh perhatian lebih terhadap sisi negatif media yang dikonsumsi setiap anggota keluarga kita. Dengan berusaha saling mendukung dan mengingatkan, kiranya media  seperti televisi, internet, dll; justru menjadi sarana mempererat keharmonisan keluarga. Jangan  beri kesempatan kepada iblis untuk merebut dan memanfaatkan media sebagai alat penghancur rumah tangga. Mari selamatkan rumah kita...***

Thursday, July 14, 2011

LET’S TAKE A BREAK

“Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.” (Markus 6:31)

Jika Anda sudah bekerja keras terlalu lama, mengorbankan keinginan dan kepentingan Anda untuk melakukan apa yang diperlukan orang lain dari Anda, dan saat tiba waktunya untuk berhenti, Anda harus memberi penghargaan pada diri Anda sendiri dalam istirahat dan rekreasi. Anda layak mendapatkannya. Dan saat Anda berbaring di depan kolam dengan minuman dingin dan majalah, Anda ingat bahwa untuk inilah Anda bekerja, tidak ada yang lebih baik dari ini.

Banyak orang telah menjadi workaholic; menjadi gila kerja. Mereka menghabiskan waktu dalam hidup mereka untuk bekerja, bekerja dan bekerja lagi. Mereka berpikir bahwa beristirahat atau berekreasi adalah sebuah tindakan yang tidak efektif dan menghabiskan uang saja. Tetapi jika kita tilik dan simak dengan teliti ayat di atas, Yesus dan murid-murid-Nya pun membatasi kegiatan mereka supaya jangan sampai mengalami over burden, beban hidup yang berlebihan.

Kata penting dalam ayat bacaan kita di atas, menurut saya adalah: sunyi. Kesibukan pekerjaan yang membuat kita kehabisan waktu dengan keluarga pun dapat terbayar ketika kita memilih menyingkir bersama-sama ke kesunyian. Ada sebagian kita yang suka dengan gunung, pantai atau juga perkebunan. Saya percaya, tempat ‘kesunyian’ favorit keluarga itulah obat yang manjur untuk membabat konflik keluarga.

Di sana ada canda tawa, senda gurau dalam kebersamaan. Jika Anda sudah terlalu lama terjebak dalam berbagai macam kesibukan, ambillah waktu untu hal yang amat memulihkan ini di dalam keluarga Anda. Selamat berlibur! [JP]