Friday, January 28, 2011

ANDA BEGITU BERHARGA...

Ketenaran yang membunuh! Mungkin kisah hidup Kurt Donald Cobain, pendiri dan vokalis band grunge, Nirvana, dapat digambarkan dengan kalimat itu. Betapa tidak, sementara orang lain merasa puas dengan ketenaran, ia malah muak dengan hal itu dan kemudian mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

Sebenarnya Cobain hanya ingin bermusik untuk menyalurkan rasa marah dan depresinya. Sejak kecil ia mengalami peristiwa traumatis karena perceraian orang tuanya. Di sekolah ia juga sering mengalami perlakuan kasar dari guru dan teman-temannya. Cobain diejek dan dipukul karena dianggap culun dan bego. Ia merasa tidak berharga.

Ironis memang. Di tengah-tengah popularitas yang diraihnya, ia malah banyak melakukan kegilaan. Ia beberapa kali menggubah lagu dengan lirik-lirik yang sukar dimengerti. Ia manggung dengan menggunakan gaun baby doll. Pernah menantang Axl Rose, vokalis Guns N Roses untuk berkelahi tanpa sebab. Ia juga mengajak Courtney Love, istrinya yang tengah hamil, untuk mengkonsumsi heroin. Cobain ngotot mengusulkan lagunya I Hate My Self dan I Want To Die sebagai judul album ketiga Nirvana. Terang saja usulan ini ditolak mentah-mentah oleh rekan-rekannya.

Puncak kegilaannya terjadi ketika ia mencoba merealisasikan rencana bunuh dirinya dengan menenggak 50 butir pil painkiller yang disiran sampagne. Upaya ini rupanya gagal. Ia hanya koma dan kemudian menjalani rehabilitasi. Tetapi belum sampai sembuh, ia kabur dari rumah sakit. Bulan berikutnya ia ditemukan tewas dengan kepala berlubang . Sepucuk pistol masih menempel di dekat dagunya, juga dengan sebuah catatan terhadap orang-orang yang dicintainya. “Aku sudah tidak tahan menjadi pusat perhatian…” tulisnya.

Sahabat NK, perasaan tidak berharga memang acap menjadi sumber persoalan di dalam kehidupan seseorang. Jika hal ini mencengkeram seseorang, banyak ha-hal negatif yang kemudian mengekor di belakangnya. Orang semacam ini bisa minder, tidak berguna, salah pergaulan, tidak berkembang, hingga mengakhiri hidup dengan bunuh diri yang konyol.

Penawar dari semuanya itu adalah ketika kita menyadari posisi kita di dalam Kristus. Di dalam Dia, kita menjadi pribadi yang teramat berharga. Kita diterima dan dikasihi tanpa syarat. Untuk membuktikan penerimaan dan kasihNya itu, Dia naik ke kayu salib. Yesus mensubstitusi kita sebagai orang berdosa. Kedudukan kita sebagai pendosa telah digantikannya dengan bayaran darahNya sendiri. Sesudah peristiwa penebusan itu, posisi kita berubah drastis. Tadinya orang hukuman, musuh Allah; kini telah menjadi orang-orang ketebusan. Bahkan, yang lebih dahsyat dari itu, kita diadopsi (diangkat) menjadi anak-anakNya.

Pemahaman kita terhadap karya penebusan Kristus akan menjadi kunci bagi kita untuk mengerti betapa berharganya kita. Di tengah-tengah intimidasi si jahat yang selalu mencoba menurunkan derajat kita, ingatlah kebenaran bahwa posisi kita amat mulia di dlam Kristus. Keberhargaan kita yang adalah anugrah ini akan membawa kita kepada hidup yang berhasil dan memuliakan Dia. Beridirilah di depan cermin sejenak, dan bersyukurlah untuk nilai hidup Anda di dalam Kristus.***

Wednesday, January 19, 2011

MEMUPUK KERINDUAN KEPADA FIRMAN

“...tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” (Mazmur 1:2)

Saya kaget, senang dan sekaligus bangga. Renungan Harian Nilai Kehidupan ini yang tadinya dicetak 2.000 eksemplar, kemudian dalam waktu 3 tahun dicetak dalam kisaran angka 4.000. Tetapi saya punya praduga bahwa jumlah pembaca jauh melebihi angka itu. Mengapa demikian? Saya dan teman-teman di NK mencoba mengupload renungan ini di situs jejaring sosial facebook. Pada awalnya hanya digemari ratusan orang, kemudian menganjak angka 1.000. Hanya dalam beberapa bulan saja, jumlahnya kemudian meledak menembus angka 7.500 jauh melebihi edisi cetaknya. Dan saya lebih kaget lagi karena jumlah penggemar NK on facebook terakhir sudah menembus angka 20.000.
Saya pribadi berdoa dan menangkap hal ini sebagai bentuk kerinduan terhadap “merenungkan firman siang dan malam” sebagaimana dinyatakan Pemazmur. Dan mudah-mudahan ini benar. Hal yang harus terus menerus dipupuk dalam situasi dan kondisi yang semakin tidak menentu seperti sekarang ini. Sementara banyak orang memusingkan banyak hal dalam kehidupan mereka, kekuatan orang-orang percaya justru terletak dalam kecintaan kepada firmanNya.
Dewasa ini tentu kita tidak bisa beralasan lagi tentang terbatasnya media untuk merenungkan firman Tuhan. Lihatlah di toko buku, betapa banyak renungan harian yang dapat membantu kita dalam mencerna kebenaran firman. Buku renungan itu bahkan sudah dikategorikan sedemikian rupa dengan kebutuhan kita. Secara elektronik, kita juga bisa mendapatkan ayat-ayat firman Tuhan dari telephon seluler atau smartphone yang kita miliki.
Sahabat NK, sebenarnya masalah yang terjadi sejak dulu adalah niat hati! Fasilitas yang lengkap tanpa kerinduan yang kuat tidak akan menghasilkan apa-apa. Sebaliknya, meskipun minim fasilitas, tetapi jika kerinduan akan firman membara, segala jalan akan terbuka. Semuanya berpulang kepada kita. [JP]

Tuesday, January 04, 2011

KESAKSIAN OM JO

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapa di sorga.” (Matius 5:16)

Bumi Maluku menyumbangkan banyak tokoh yang kehidupannya memberi dampak bagi bangsa ini. Salah satu diantaranya adalah Prof. Johanes Leimena. Orang-orang memanggilnya Om Jo. Ia lahir pada tanggal 6 Maret 1905 dari keluuarga guru di Desa Ema, Pulau Ambon. Om Jo dikenal sebagai orang Kristen yang berkarakter luhur dan penuh dedikasi.
Johanes menempuh pendidikan dasarnya pada sekolah “Ambonesche Burgerschool” di Ambon dan menyelesaikannya pada sekolah ELS (Europeesche Lagere School) di Jakarta tahun 1919. Kemudian melanjutkan ke sekolah menengah “MULO” Kristen dan tamat pada tahun 1922. Selanjutnya menempuh pendidikan tinggi pada sekolah kedokteran “STOVIA” di Jakarta dan tamat pada tahun 1930. Setelah bekerja sebagai dokter swasta, ia melanjutkan studi dan mendalami ilmu kedokteran meraih gelar Doktor pada tahun 1939.

Ia berjuang melintasi setiap zaman untuk memberi yang terbaik bagi Indonesia. Johanes adalah ketua umum Yong Ambon yang memelopori Sumpah Pemuda 1928. Ia juga menjadi Menteri Kesehatan RI selama 8 kali dan pernah juga menjadi Pejabat Presiden RI. Iman Kristennya yang teguh, diaktualisasikan dalam tindakan sederhana yang nyata, telah membuatnya diterima berbagai kalangan. 10 November 2010 lalu Prof. Johanes Leimena dianugerahi gelar pahlawan nasional.

Sahabat, demikianlah seharusnya kehidupan kita sebagai orang percaya dijalankan. Iman yang berkenaan dengan hubungan kita ke atas kepada Tuhan, diwujudnyatakan dengan hubungan yang harmonis dengan sesama manusia. [JP]