Friday, August 27, 2010

DEMI KEMULIAAN-NYA


"...dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.” (Kisah Para Rasul 2:22)


Dalam dekade 80an pernah tampil seorang penginjil televisi bernama Jim Bakker. Ia adalah seorang hamba Tuhan yang kontroversial, bukan saja karena ajarannya tentang Teologi Kemakmuran, tetapi juga tentang perilaku manipulatifnya terhadap mujizat-mujizat yang terjadi di dalam KKR yang dipimpinnya. Di akhir kebaktian yang dipenuhi mujizat itu, ia lantas mendorong jemaat untuk mempersembahkan apa saja yang mereka miliki.


Mujizat yang terjadi telah dipakainya sebagai alat untuk kemudian memperkaya diri sendiri. Ia menggelapkan uang jemaat yang mendukungnya sejumlah $158 juta yang kemudian menuntunnya ke pintu penjara. Uang yang dipakai untuk mendukung pelayanan yang dikembangkannya pun, ditilep sebagian untuk kepentingan pribadi.


Belum lagi, Jim suka bergaya hidup mewah. Ia memiliki enam rumah mewah dengan masing-masing rumah anjing yang ber-AC. Ia berzinah dengan sekretaris gereja dan mencoba menutupi kasus itu dengan suap sebesar $250 ribu. Isterinya kemudian menceraikannya ketika ia ada di dalam penjara.


Demikianlah kalau mujizat yang seharusnya dinyatakan untuk kemuliaan-Nya, telah diselewengkan bagi kemuliaan pribadi. Jika mujizat terjadi, yang harus dimuliakan adalah Kristus. Mujizat harus meneguhkan karya penyelematan Kristus, bukan untuk kepentingan manusia.


Sahabat, siapapun kita dapat mengalami ketergelinciran seperti kisah di atas. Tidak ada maksud sama sekali untuk mendiskreditkan siapapun, tetapi justru untuk belajar dan berhati-hati. Harapkanlah mujizat terjadi, tetapi jangan sampai melenceng dari tujuannya yang semula. [JP]

Wednesday, August 25, 2010

Sydney, Here I come...

Ini pengalaman perjalanan kedua ke luar negeri setelah Singapura. Hanya, perjalanan ke Sydney kali ini lebih mendebarkan. Ya, karena jadwal keberangkatannya pas hari terakhir masa liburan sekolah akhir semester tahun ini. Aku membayangkan akan melelahkan di tol dalam kota hingga tol bandara. Dan tentu saja juga memakan waktu lama karena macet tak terhindarkan. Tetapi ketakutan itu tak terbukti, malah cenderung lancar jaya perjalanan Bandung-Bandara waktu itu. Jadilah aku menunggu dalam bosan hampir 8 jam sebelum boarding.

Deg-degan berikutnya terjadi karena aku berangkat sendirian. Dulu waktu ke Singapura berangkat bersama rombongan, jadi tak terlalu nervous. Dengan bahasa Inggris yang terbata-bata aku membayangkan harus berhadapan dengan petugas imigrasi, lalu ditanya ini-itu. Lagi-lagi ketakutan ini tak terbukti. Proses klaim bagasi hingga pemeriksaan berjalan lancar karena semua tertib antri dan profesionalisme petugas.

Day 1. Pagi itu udara dingin Sydney menyergap. Di gerbang kedatangan kusapukan pandangan untuk memastikan bahwa Pak Joseph Tee sudah datang menjemput, tapi ternyata belum. Kuputuskan duduk sebentar di ruang tunggu sambil melihat berita di TV tentang kemenangan Spanyol atas Belanda di Piala Dunia. Tak lama berselang Pak Joseph datang. Kami berbasa-basi sebentar dan segera menuju tempat parkir.

Sebelum tiba di rumah Pak Jos, kami singgah di sebuah gerai McD untuk sarapan. Bagiku, sepagi itu sarapan adalah sebuah perjuangan. Waktu setempat menunjuk pukul 06.30, berarti 03.30 waktu Indo. Tapi karena udara dingin yang membekap, habis juga dua potong pancake dan segelas kopi itu. ...bersambung...

Tuesday, August 10, 2010

KEKANG UNTUK MULUT KITA

“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” (Amsal 18:21)

Perkataan kita akan membangun citra diri yang baik, atau sebaliknya akan menciptakan citra diri yang buruk. Simaklah apa yang ditemukan oleh penginjil Bill Glass. Ia berkata bahwa 90% dari penghuni penjara pernah mendengar dari orang tua mereka sebuah kalimat yang berbunyi, “Kamu akan dimasukkan ke penjara.” Artinya, perkataan seseorang memiliki kuasa yang bisa terjadi di masa depan.

Banyak orang tua yang secara tidak sadar tetapi berlangsung terus-menerus, memperkatakan hal-hal yang tidak baik bagi anak-anaknya. Kata-kata seperti bodoh, jelek, nakal, malas dan beberapa perbendaharaan kata tak membangun yang lain, meluncur pedas dari mulut orang tua. Secara jujur, tidak ada orang tua yang menghendaki anak-anaknya menjadi seperti apa yang dikatakan. Tetapi anak-anak telanjur ‘merekam’ secara otomatis perkataan-perkataan itu. Akibatnya, tertanamlah di dalam dirinya bahwa ia bodoh, jelek, nakal, dan malas. Kemudian mereka hidup di bawah bayang-bayang perkataan itu dan kemudian mewujud di dalam diri mereka.

Memang ada banyak faktor dari pembentukan kepribadian seorang anak. Tetapi salah satunya adalah perkataan orang tuanya. Karena itu yang menjadi kebutuhan mendasar bagi kita, Sahabat NK, adalah untuk memasang ‘rem’ bagi mulut kita. Sebagaimana kekang dapat mengendalikan keliaran seekor kuda, demikianlah hendaknya kita mengendalikan perkataan kita. Mengeluarkan perkataan yang membangun dan menjadi berkat, jauh lebih bermanfaat daripada mengumpat dan menyumpahi. [JP]

Thursday, August 05, 2010

LOMPATAN QIAN HONGYAN

“Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.”
(I Timotius 6:12)

Cacat tidak mematahkan semangat Qian Hongyan dari Kunming, China, untuk berprestasi. Remaja ini kehilangan kedua kakinya saat kecelakaan lalu lintas di usianya yang masih 3 tahun. Oleh orangtuanya, Qian diikutsertakan dalam terapi basket dan ternyata berhasil. Qian kemudian tampil sebagai pebasket cilik yang cemerlang. Tak memiliki kaki bukan halangan baginya untuk lincah di lapangan.

Qian membuktikan bahwa keadaan tanpa kaki tidak menghalanginya untuk tetap melompat dan melesakkan bola ke dalam keranjang. Penampilan Qian yang mengharukan itu mendapat liputan luas dari media massa internasional. Alhasil, sekelompok dokter membuatkannya sepasang kaki palsu saat dia berusia 8 tahun.

Qian bukan hanya piawai bermain basket, tapi atlet cilik ini juga lincah di kolam renang. Kini ia tengah mempersiapkan diri untuk tampil dalam kejuaraan dunia atlet cacat di London tahun 2012 mendatang. Selain di nomor basket, Qian rencananya juga akan tampil di cabang renang.

Orang-orang dengan keterbatasan fisik semacam Qian biasanya tidak mendapat tempat di masyarakat luas. Mereka lebih sering dianggap beban daripada potensi yang terpendam. Itu sebabnya kebanyakan kaum difable (cacat) cenderung tersisih. Tetapi justru Tuhan menghadirkan mereka dalam kehidupan kita untuk mencelikkan ‘kebutaan’ kita akan kebesaran-Nya dalam memakai siapapun juga. Sesungguhnya, kita berhutang kepada mereka yang tak mau menyerah kepada nasib, kepada keadaan dan kepada apa yang disebut oleh banyak orang sebagai takdir. [JP]