Thursday, December 18, 2008


PARADE SERIBU WAJAH
Ke manapun kita melakukan perjalanan, gambar-gambar yang "menjual diri" para calon anggota legislatif akan bermunculan. Ada yang menggunakan baliho besar karena didukung modal segunung. Ada yang memasang spanduk karena duitnya pas-pasan. Caleg yang relatif cekak kantongnya memunculkan dirinya dalam leaflet dan selebaran.
Di dekat kantor, ada caleg yang beriklan di bawah poster monyet XL punya. Saya kadang-kadang sulit membedakan mana caleg dan mana monyet. Habis mirip sih... Maksudnya sama-sama 'ga usah mikirrrrr...' Ntar kalo sudah jadi nggota dewan, ga usah mikir nasib rakyat yang menjadi konstituennya. Pikiran satu-satunya adalah bagaimana caranya bisa balik modal. Itu saja.
Saya kuatir terhadap masa depan negeri ini yang menyerahkan nasibnya kepada para caleg itu. Pasalnya? Ehmmm... mereka ini kurang beretika dan berestetika. Kurang beretika karena tanpa kulonuwun memasang poster di pagar tembok rumah orang. Tentu saja tak berestetika karena poster, spanduk dan baliho itu telah merusak keindahan pemandangan. Satu lagi, mereka ini tidak kreatif sama sekali. Seakan-akan hanya satu cara berkampanye. Satu pasang spanduk, semuaaaaaa ikut. Lha kalo bangsa ini dipercayakan kepada mereka, apa jadinya? Kreatif dikit napa....

Tuesday, December 16, 2008

LIA EDAN, EH... EDEN DAN AGAMA KITA

Lia Eden bikin heboh (lagi). Mantan perangkai bunga yang membaiat diri menjadi Jibril Ruhul Kudus ini kembali berurusan dengan polisi dengan sangkaan penodaan agama. Ia dan komunitas God's Kingdom-nya menyerukan pembubaran agama-agama yang ada. Seperti biasa, pro-kontra lantas menyeruak.

Barangkali kasus Lia Eden ini mewakili kegelisahan beberapa orang terhadap realitas hidup beragama yang selama ini dipraktekkan pemeluknya. Wajah agama yang seharusnya penuh kasih dan menjadi pengayom, telah berubah menjadi sangar dan cenderung bengis. Orang beragama untuk kemudian membenci kelompok lain. Umat lain selalu dianggap keliru, sesat dan layak menghuni neraka. Eksklusif. Jika perlu umat lain dibinasakan.

Ini memang pekerjaan rumah bagi agama-agama yang hingga kini belum terselesaikan. Rohaniwan perlu mendengungkan lebih kencang perihal kedewasaan beragama bagi siapa yang menganutnya. Berpadunya ajaran dalam ranah teoritis dengan aplikasinya dalam dunia nyata perlu ditekankan kembali dengan garis bawah tebal.

Inilah koreksi yang pernah dilakukan Yesus ketika melihat praktek beragama Ahli Taurat dan Orang Farisi. Yesus yang tidak datang untuk mendirikan agama menyatakan bahwa kemunafikan telah membekap kehidupan beragama kaum yang dianggap rohaniwan pada zamannya itu. Itu sebabnya Yesus merevolusi praktek demikian dengan ANUGRAH KESELAMATAN yang ditawarkan melalui karya penebusanNya yang amat mulia itu.

Lia Eden dengan kerajaan Tuhan yang diklaimnya itu bukanlah esensi permasalahannya. Yang jauh lebih penting adalah apakah dengan beragama kita bisa mengasihi Tuhan dan sesama? Paket ini tidak terpisahkan. Mengasihi Allah dan sesama adalah dua sisi mata uang. Kalau kita mengaku membela kebenaran tetapi menggebuk sesama yang berbeda keyakinan, itu namanya inkonsisten.

Mari beragama dengan elegan, egaliter, toleran...

Wednesday, December 03, 2008

MAU PILIH YANG MANA?
Apa Mas Trisno Bachir juga mengubah style rambutnya seperti ini?

Laksamana Sukardi dan Roy Janis lagi latihan tanda tangan kala menciptakan logo partai...

Pakdhe Wiranto sering lewat Pantura waktu pulang kampung [mudik].

Tokoh kesayangan Mbak Mega dan Mas Pram adalah: Batman!

Aneh juga ya? Pak JK kan saudagar, bukan orang kantoran....


Kala perut lapar, partai ini bisa menjadi pemenang. Tifatul Sembiring mungkin nyambi buka restoran untuk menghidupi partainya?