Thursday, July 31, 2008

SANGGUP MISKIN TANPA MENGELUH

Bill Britton mencatat tentang 10 kesanggupan Kristus berkaitan erat dengan karakter Kristus. Salah satu diantaranya adalah kesanggupan untuk menjadi miskin tanpa mengeluh. Kemiskinan, sebagaimana dipaparkan Bill, bukanlah sebuah dosa dan juga bukan hal yang terlalu luar biasa. Kemiskinan juga bukan sebuah bukti kurangnya iman seperti banyak dikatakan orang. Yang paling penting adalah bagaimana berjalan dalam kemenangan meskipun sedang mengalami kemiskinan.

Dari segi posisi, Yesus Kristus jelas memiliki segala-galanya. Ia “memiliki kesetaraan dengan Allah” seperti dicatat Paulus dalam Filipi 2. Tetapi alih-alih mempertahankannya, Yesus lebih mentaati Bapa-Nya dan mengambil rupa seorang manusia yang miskin pula. Tetapi Ia tak pernah mengeluh akan apa yang Ia sudah putuskan sesuai kehendak Bapa-Nya.

Saya jadi ingat niat Presiden SBY untuk menyamar menjadi rakyat biasa agar bisa menumpas pungli yang masih saja terjadi di departemen perhubungan. Ia ingin mengenakan kacamata hitam dan kumis palsu, lalu menumpang sebuah truk yang sering terkenan pungli di berbagai tempat. Malah, SBY ingin naik truk itu dari Surabaya hingga Jakarta. Niat ini sungguh mulia, tetapi apa daya hanya berhenti pada batas wacana. Kalaupun itu jadi dilakukan SBY, ia hanya merasakan sejenak jadi orang miskin.

Tentu berbeda dengan apa yang dilakukan Yesus. Ia tidak gemar berwacana, sebaliknya Ia lebih suka berkarya nyata. Ia rela meninggalkan kemuliaan-Nya untuk menjadi miskin tanpa mengeluh demi keselamatan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Ia mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan orang banyak. Dicari: orang yang mau meneladani Kristus dalam hal ini! Andakah orangnya? [JP]
YUSUF BILYARTA MANGUNWIJAYA

YB Mangunwijaya adalah sosok pastor fenomenal yang pernah dimiliki umat Katholik di Indonesia. Tapi, rohaniwan yang menulis roman “Burung-burung Manyar” itu bukan hanya milik umat Katholik. Ia telah menjadi milik semua golongan karena pelayanan sosial yang dilakukannya tanpa pandang bulu.

Ia mendirikan sekolah dasar murah di bilangan Kalasan, Jogjakarta. Dengan itu orang-orang miskin bisa mengerti bagaimana rasanya sekolah. Ia mengubah wajah bantaran kali Code yang kumuh menjadi kawasan layak huni. Sebelumnya, wilayah pinggir kali itu tak ubahnya tempat pembuangan sampah yang kotor dan rentan wabah penyakit. Ia juga yang membela orang-orang lemah di Kedung Ombo ketika hak atas tanah mereka dirampas oleh pemerintah Orde Baru yang rakus. Singkatnya, ia adalah figur yang ‘memanusiakan manusia.’

Karena itu waktu Romo Mangun, demikian ia biasa dipanggil, tutup usia; ribuan orang berdiri di pinggir jalan untuk memberi penghormatan terakhir di jalanan kota Jogjakarta. Pastor kelahiran Ambarawa ini telah menunjukkan keberpihakannya kepada orang-orang lemah dan tertindas, meneladani Yesus yang dipercayainya dalam hidupnya. Belas kasihan Yesus yang ditunjukkan-Nya bagi orang-orang miskin, telah menginspirasinya untuk berbuat sesuatu bagi kemaslahatan orang banyak. Hidupnya berguna bukan hanya bagi orang seagama, tetapi bagi sesamanya manusia.

Sahabat, kita bisa melihat sebuah kehidupan yang digerakkan oleh belas kasihan dalam diri Romo Mangun. Di tengah-tengah lingkungan dengan tingkat egoisme yang tinggi, kisah hidupnya bak oase di padang pasir yang amat menyejukkan. Apakah dengan cara pandang yang sama kita melihat orang-orang di sekitar kita? Apakah kesan orang terhadap kita ketika kita dipanggil Tuhan pada saatnya nanti?

Kerinduan kita adalah agar hidup kita berguna bagi semua orang, memberkati semua orang. Dan itu hanya bisa terjadi kalau di dalam hati kita melimpah dengan belas kasihan Yesus. [JP]
PASPAMPRES

“Atau tidak tahukah kamu bahwa, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu,…” (1 Korintus 6:19)

Ada prosedur pengaman yang baku bagi presiden dan wakil presiden, beserta seluruh keluarganya di Indonesia. Mereka akan dilindungi oleh Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) dalam setiap kesempatan, resmi ataupun tidak.

Suatu kali istri saya pergi ke sebuah toko perlengkapan anak untuk membeli pakaian buat anak kami. Di toko sederhana itu ia bertemu dengan Anisa Larasati Pohan, menantu Presiden SBY yang sedang hamil. Rupanya ia sedang membeli perlengkapan bayi untuk persiapan kelahiran anak pertamanya. Suaminya sedang bertugas sebagai anggota pasukan perdamaian PBB di Timur Tengah, jadi tidak bisa menemaninya. Tetapi ia dikawal oleh dua laki-laki berbadan tegap anggota Paspampres meski tidak terlalu mencolok dari segi protokoler. Kehadiran dua orang itu sudah cukup membuat Anisa merasa aman.

Perjalanan kehidupan orang percaya juga mendapat jaminan kehadiran-Nya, meski kadang tidak disadari oleh orang Kristen. Tak sedikit pula yang malah dikuasai ketakutan dalam kehidupannya, padahal yang menyertai adalah Raja di atas segala raja, Pemilik dan Pencipta semesta ini.

Kesadaran akan kehadiran Tuhan, menumbuhkan keberanian untuk melangkah dan menghadapi tantangan. Sadhu Sundar Singh, seorang tokoh Kristen di India, bahkan secara ekstrim menyatakan, “Saya rela tinggal di neraka asalkan ada hadirat Yesus. Sebab neraka dengan kehadiran Yesus akan berubah menjadi surga.” Tentu tak perlu ke neraka untuk mengalami kehadiran Yesus. Dia ada di sekitar Anda dan setia menyertai. Lebih dari itu, Dia bahkan berdiam di dalam Anda. [JP]

KESADARAN AKAN HADIRAT TUHAN MENUMBUHKAN KEBERANIAN UNTUK MELANGKAH DAN MENGHADAPI TANTANGAN
KUASA PENGAMPUNAN

“Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” (Matius 18:22)

Yulia Girsang mengidap insomnia (penyakit susah tidur) sepeninggal suaminya, Ferry Silalahi. Suaminya yang seorang hakim, tewas ditembak ketika pulang kebaktian di Palu, Sulawesi Tengah. Peristiwa yang terjadi depan matanya itu tak pelak membuat Yulia depresi dan menjadi susah tidur. Untuk mengatasinya, ia kemudian memutuskan untuk menjalani konseling. Beberapa waktu lamanya ia dibimbing Julianto Simanjuntak dan Roswita, pasangan hamba Tuhan yang mendalami konseling Kristen.

Ada sesuatu yang istimewa dalam jawaban Yulia ketika ditanya tentang responnya terhadap pembunuh suaminya. “Dari dasar hati yang terdalam, saya sudah mengampuninya,” jawabnya tegas. Bahkan dia punya kerinduan agar bertemu langsung dengan pembunuh suaminya agar bisa mengungkapkan pengampunannya itu. Tuhan mengabulkan keinginannya. Suatu kali ia bertemu dengan penembak suaminya. Sambil memegang pundak terdakwa, Yulia berujar, “Kawan, Tuhan masih memberi kesempatan untuk hidup bagi Anda. Isilah dengan sesuatu yang berguna!”

Banyak kerabat yang tidak suka dengan apa yang Yulia buat. Tetapi ia sudah bulat pada keputusannya. Dan, tahukah Anda Sahabat NK? Sesudah ia mengampuni, ia kembali bisa tidur dengan nyenyak. Yulia pulih dari depresi dan insomnia yang amat mengganggunya selama berminggu-minggu. Semua itu terjadi akibat kuasa pengampunan yang diputuskannya.

Yulia menyadari bahwa ia juga tidak lepas dari kesalahan. Ia juga telah diampuni Tuhan, karenanya ia juga harus mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Ia mengikuti apa yang dilakukan Yesus yang juga mengampuni orang-orang yang bersalah kepada-Nya. [JP]

PENGAMPUNAN ADALAH ‘PEMBERIAN’ BAGI DIRI KITA SENDIRI, BUKAN UNTUK ORANG LAIN

Wednesday, July 23, 2008

KUNJUNGAN KERJA KOMISI VIII DPR RI
KE STT KHARISMA - BANDUNG
Ki-Ka: Jantje Haans, Tiurlan, Rubin Adi, Hilman Rosyad

Ki-Ka: Makmur Noor, Hilman Rosyad, Nurul Iman, Tiurlan, Siti Soeparmi

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI “KHARISMA” Bandung mendapatkan kehormatan atas kunjungan Komisi VIII DPR RI pada 23 Juli 2008 silam. Rombongan dipimpin H. Hilman Rosyad Syihab (F-PKS) dan beranggotakan Dra. Chairunnisa, MA., Zulkarnaen Djabar, MA., Drs. H. Mohammad Ichwan Syam (F-PG), Drs. Abdul Hakam Naja, M.Si. (F-PAN), Drs. H. Widada Bujowiryono, Dra. Hj. Siti Soeparmi (F-PDIP), KH. Makmur Noor, H. Safriansah, BA (F-PPP), H. Nurul Iman Mustopa, SH., MA. (F-PD), dan Tiurlan Basaria Hutagaol, S.Th., MA. (F-PDS). Anggota dewan tersebut melakukan kunjungan ke beberapa daerah di Provinsi Jawa Barat selama masa reses. Selain lembaga-lembaga pendidikan, sosial dan keagamaan, STT Kharisma adalah satu-satunya lembaga pendidikan teologi yang disinggahi rombongan.
Dalam sambutannya terhadap kunjungan tersebut, Ketua STT Kharisma Pdt. Rubin Adi Abraham, Th.D. menyatakan bahwa kunjungan ini adalah sebuah bentuk kepedulian anggota dewan terhadap rakyat yang diwakilinya. Selain untuk melihat kondisi riil di lapangan, diharapkan para wakil rakyat tersebut dapat menyerap aspirasi yang berkembang di akar rumput.

Dalam perbincangan singkat, dimunculkan juga aspirasi untuk memperhatikan nasib guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang kebanyakan berstatus honorer atau sudah berstatus pegawai negeri sipil (PNS) tetapi ditolak mengajar di institusi pendidikan yang dikelola negara. Alasannya klasik, karena jumlah siswa yang beragama Kristen tidak memenuhi kuota. Menanggapi hal tersebut, H. Hilman Rosyad selaku ketua rombongan dan juga Wk. Ketua Komisi VIII mengakui bahwa pendidikan agama, terutama untuk golongan minoritas, masih relative terpinggirkan. Dalam kesempatan yang sama, Tiurlan Hutagaol menandaskan tentang pentingnya usaha yang berkelanjutan untuk terus memperbaiki pendidikan Kristen meskipun tantangannya besar. Mengakhiri kunjungan tersebut, rombongan berkenan memberikan bantuan dana pendidikan yang diterima oleh Ketua STT Kharisma.

Sehari sebelumnya (22/7), Ketua STT Kharisma juga diundang ke Kantor Gubernur Jawa Barat di Gedung Sate untuk mendampingi Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf (Gubernur dan Wagub Jabar) saat mengadakan audiensi dengan rombongan Komisi VIII DPR RI dengan pimpinan lembaga-lembaga yang akan dikunjungi. ***

Sunday, July 13, 2008

MENGENANG MASA KECIL

Masa kecil adalah keniscayaan dalam perjalanan hidup seseorang. Mengenangnya kembali membuncahkan rasa yang... gimana gitu... Ada getir, lucu, tak sedikit keindahan bahkan olok-olok yang memberi kesempatan kembali untuk berkaca dan menatap masa depan. Sepanjang yang saya ingat, beberapa hal ini identik dan menjadi bagian masa kecil saya...

1. SEPAK BOLA (Jawa: bal-balan). Yang satu ini harus diletakkan di posisi pertama, hehe... Entah bagaimana asalnya, saya jadi amat menggemari bola. Halaman kantor kecamatan Sedayu menjadi tempat biasa saya merumput dengan kawan-kawan setiap sore. Ada Totok, Yanto, Sugiharto, Mas Bowo, Hendri, Ari, Agung, Wahyu dan Ruseno.

2. RENANG (Jawa: adus kali). Tidak ada kolam renang di kampung saya. Jadi jangan membayangkan kolam dengan air jernih dan menyegarkan. Kolam renang terdekat di Umbang Tirto (Kridosono) berjarak 15 km. Karena tidak mungkin berenang di sana, jadilah kali di belakang rumah menjadi medianya. Aktifitas favorit sambil mandi di kali adalah memandikan kerbau Pakdhe Karto, 'polo air' ala cah ndeso atau lomba bertahan tak bernafas di dalam air. Tidak jarang pohon pisang liar di pinggir kali kami jadikan rakit dan kemudian menaikinya dengan berlagak Joko Tarub.

3. KETAPEL (Jawa: plintheng). Ini adalah salah satu jenis alutsista wajib yang dimiliki bocah kecil di kampung saya. Selain untuk berburu burung, bisa juga dipake nyolong mangga tetangga. Pelurunya dari kerikil-kerikil kecil yang mudah didapati di kali atau pinggiran jalan desa. Kebanyakan ketapel kami terbuat dari dahan pohon jambu yang berbentuk huruf 'Y', atau bisa juga dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa. Dilengkapi dengan karet pentil dan juga kulit potongan sepatu usang yang tak terpakai.

4. LAYANG-LAYANG (Jawa: layangan). Saya pantas berbangga sedikit untuk yang satu ini. Layang-layang saya hampir tidak pernah kalah diadu dengan milik teman saya. Rahasianya: benang gelasan yang saya miliki made in Kadipiro yang terkenal. Jadi, meski lawan-lawan bermain layangan menggunakan senar sekalipun, layangan saya jarang terkalahkan. Pematang sawah di pinggir kampung menjadi tempat bermain layang-layang yang menyenangkan.

5. ES PUTER (Jawa: es thong-thong). Hampir tidak ada jajanan yang berkeliling di kampung kami kecuali es puter ini. Waktu itu harganya Rp. 25,- jika menggunakan sempe, atau Rp 50,- dengan roti tawar tipis. Saya ingat Suryadi kalau membicarakan es puter. Tetangga sebelah rumah ini suka licik menghabiskan es puternya lebih dulu, lalu meminta sedikit demi sedikit dari es milik teman-temannya yang masih tersisa.

6. MAIN SEPEDA (Jawa: pit-pitan). Saya dan Mas Bowo, sepupu saya, punya sepeda BMX kembar kala itu. Kalau berkesempatan naik sepeda bersama, kami sering berlagak seperti film seri CHIP's di TVRI. Meski tak terlalu jago, tapi bisa juga saya melakukan jumping atau standing waktu bersepeda. Yuli Subagyo, teman SD saya, malah bikin track balap sederhana di samping rumahnya di pinggir kali. Lintasan yang mengitari pepohonan jambu itu tanpa aspal, tetapi asli tanah. Sesudah main sepeda bisa langsung mandi di kali.