Wednesday, October 31, 2007

LEPAS DARI BELENGGU ‘PAS-PASAN’

“…engkau tidak dingin dan tidak panas… Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku” (Wahyu 3:14-16)

Banyak orang yang puas dengan hasil yang pas-pasan. Jika dia adalah pelajar, maka dia puas jika sudah lulus, meski dengan nilai ‘mepet’. Jika dia adalah karyawan, mentalitas Asal Bapak Senang (ABS) biasanya yang menjadi semangat kerjanya. Tidak terlalu penting apakah hasil karyanya memuaskan atau tidak. Dari sinilah kemudian semangat ‘asal’ itu berasal. Asal selesai, asal lulus, asal dikerjakan, asal…. asal…

Tetapi, mestikah semangat ini juga terbawa dalam kekristenan kita? Sepanjang yang kita pelajari, tidak pernah satu kalipun Alkitab mengajarkan kepada kita tentang setengah hati, sekenanya, apalagi asal-asalan. Sebaliknya kita justru sering menjumpai istilah segenap hati, segenap kekuatan, dan seterusnya. Singkatnya, apa yang kita kerjakan haruslah yang terbaik, lebih dari yang diharapkan banyak orang.

Kita tidak dapat membayangkan kalau Tuhan juga mengerjakan semua karya-Nya secara asal-asalan. Apa jadinya jika keselamatan yang dianugerahkan kepada kita dikerjakan-Nya setengah-setengah? Bagaimana jadinya jika mujizat yang dilakukan-Nya tidak sempurna? Kita beruntung memiliki Tuhan yang tidak melakukan sesuatu dengan sembarangan, tetapi selalu mengerjakan yang terbaik dan sempurna.

Jika demikian Sahabat, kita tentu juga harus memiliki tekad untuk tidak mengerjakan sesuatu, entah itu pelayanan atau pekerjaan kita, dengan pas-pasan. Tuhan menghendaki hasil terbaik sebagaimana telah Ia teladankan. Ia mau supaya kita lepas dari belenggu ‘pas-pasan’ karena yang terbaik bisa kita berikan. [JP]
PENYEMBUH YANG KREATIF

“Tetapi Yesus menegor roh jahat itu dengan keras dan menyembuhkan anak itu, lalu mengembalikannya kepada ayahnya.” (Lukas 9:42b)

Pak Diman, sebut saja begitu, sudah lama menderita penyakit paru-paru yang kronis. Segala cara sudah ditempuh untuk mengupayakan kesembuhan. Dokter sudah didatangi, orang pintar juga dikunjungi, juga dengan terapi pengobatan alternatif. Alih-alih mendapat kesembuhan, Pak Diman malah semakin menderita karena kondisi keuangannya yang semakin terkuras. Tenaganya juga terforsir karena masing-masing ahli penyembuh itu memberikan syarat-syarat tertentu untuk dipenuhi.

Berbeda dengan Tuhan Yesus, Dia hanya menekankan satu syarat sebelum seseorang disembuhkan: beriman dan percaya. Ketika seorang lumpuh memiliki iman di dalam hatinya, Tuhan menyembuhkannya (Luk 5:20-25). Dalam catatan Alkitab, Yesus adalah Penyembuh kreatif yang tidak terpaku pada satu metode tertentu saja. Ia menggunakan berbagai macam cara untuk membuat seseorang celik dari kebutaannya, berjalan dari kelumpuhannya dan mendengar dari ketuliannya.

Di sinilah letak perbedaan antara Yesus dengan para penyembuh yang lain. Sementara orang lain lebih banyak menekankan syarat tanpa menjamin kesembuhan, sebaliknya Yesus justru menuntut satu syarat dipenuhi. Sesudah itu karya ajaib kesembuhan ilahi akan dikerjakan-Nya.
Dengan demikian Sahabat, kita bisa belajar bahwa untuk mendapat kesembuhan ilahi, hal paling mendasar yang harus dimiliki seseorang adalah percaya dan beriman kepada-Nya sebagai Penyembuh yang kreatif. [JP]
YANG TERPENTING JUSTRU BUKAN MUJIZATNYA

“Dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak… Dan makin lama bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan…” (Kisah Para Rasul 5:12, 14)

Peter Youngren suatu kali memimpin sebuah KKR bertajuk Bandung Festival. Orang banyak telah memadati stadion tempat berlangsungnya acara. Sebagian dari mereka bahkan berasal dari luar kota Bandung. Meski sempat menuai kontroversi, tetapi banyak orang yang disembuhkan dari penyakitnya ketika mengikuti KKR itu. Orang-orang yang datang dengan tongkat penyangga, tiba-tiba berdiri tanpa bantuan alat itu. Belasan kursi roda tampak dikumpulkan di sudut panggung karena penggunanya sudah bisa berjalan. Lebih banyak orang lagi bersaksi ke atas panggung, menyatakan bahwa mereka telah bebas dari kebutaan, kebisuan dan telinga yang tak mendengar.

Singkatnya, Allah bekerja dengan luar biasa untuk membebaskan orang-orang yang menderita. Masalah mengerjakan kesembuhan ilahi dan juga mujizat yang lain, Allah memang ‘ahli’nya. Tidak ada pribadi lain yang semahakuasa Dia. Hanya Yesus satu-satunya. Tetapi bagaimanapun mujizat kesembuhan itu sendiri adalah sarana untuk menyatakan misi-Nya yang sesungguhnya: agar lebih banyak orang lagi percaya kepada-Nya.

Sahabat, mujizat adalah karya kreatif Allah yang dinyatakan kepada manusia. Melaluinya Allah memberi penegasan bahwa bagi-Nya tidak ada sesuatupun yang tidak bisa dikerjakan. Hanya saja, manusia sering lupa dan memberi penekanan berlebih kepada mujizat itu sehingga mengesampingkan hal yang terpenting yaitu agar manusia percaya kepada-Nya.
Mujizat adalah sebuah momentum awal bagi orang yang tidak percaya agar`kemudian mengenal Yesus dan menyembah-Nya. Amat disayangkan jika kita hanya menekankan mujizat, tetapi lupa fokus utamanya. [JP]